Jumat, 08 Februari 2019

Jangan Jadikan Gadget Lebih Menarik Dari Ibu

Oleh : Ustadzah Yanti Tanjung

Seorang ibu baru saja pulang dari sebuah sekolah tempat dia mengajar, belum sampai pintu seorang anak laki-laki usia 4 tahun itu keluar dari rumah langsung merengek ke ibunya sambil cari-cari sesuatu. Ketika ditanya, ”Adek kenapa?“ Sang anak langsung menagih janji ibunya karena ibunya tadi pagi mengatakan boleh pinjam HP kalau adik tidak rewel saat ibu berangkat bekerja. Sang ibu mati gaya saat itu antara menepati janji dengan memberikan HP yang notabene ibu paham jika anak kecanduan HP hanya merusak proses pendidikan anak. Tak berdaya dihadapan rengekan dan rewelan anak, akhirnya HP itupun diberikan dengan berat hati.

Beda lagi dengan ibu di atas, ibu ini selalu mendiamkan anaknya dengan gadget agar tidak lompat sana lompat sini, keluar bermain dengan tetangga tanpa batas waktu, selalu mengganggu adik, mengacak-acak seisi rumah, bongkar pasang mainan, rumah tak kunjung damai dan rapih. Di era millenial ini gadget adalah pelipur di tengah keruwetan ibu dalam mengurusi anak-anak dan rumah tangga. Awalnya tidak mengapa gadget menjadi pengasuh sesaat biar anak-anak bisa berparas manis hingga beberapa urusan ibu terselesaikan. Namun tanpa sadar seiring dengan bertambahya usia karena anak usia dini itu terstimulasi baik dengan gadget maka sudah sangat sulit dilepaskan dengan gadget dan setiap matanya melihat gadget anak selalu meminta untuk menggunakanya dan melihat apa saja yang dia suka di aplikasi gadget tersebut. Awalnya dibatasi tontonan dan waktunya lama-lama snag ibu menyerah pasrah.

Bisa jadi fragmen di atas kita yang mengalaminya dan bisa jadi hingga hari ini gadget itu belum kunjung usai menjadi persoalan bagi kita dalam proses mendidik anak-anak. Lantas apa yang harus kita lakukan?
Kenapa anak fokus pada satu hal misalnya pada gadget tapi tidak fokus pada pembelajaran yang kita tawarkan? Karena gadget lebih menarik dan jauh lebih menarik. Jika kita minta anak memilih Alquran dengan gsdget pastilah yang dia pilih adalah gadget, tergantung stimulus tentunya. Maka jangan saingkan gadget dengan kita ibunya karena akan kalah bersaing apalagi jika sang ibu kalah menarik. Agar perhatian anak tertuju pada ibu maka jadilah ibu yang menarik walau akan dikuntit kemanapun ibu pergi. Jika fakta yang ibu hadirkan dalam pembelajaran menarik maka anak akan menaruh perhatian terhadap fakta tersebut dan akan fokus. Maka ibu butuh menghadirkan fakta dengan berbagai ragam yang bisa menarik indera anak dan seluruh indera anak dapat bekerjasama. Tentu ini diminta kreatifitas ibu dalam strategi menghadirkan fakta sehingga susana menarik itu membuat anak senang dan bahagia.

Sejatinya gadget adalah sarana, benda yang bisa digunakan dan bisa juga tidak tergantung apakah gadget itu menunjang terealisasinya konsep pembelajaran kita dan metode pembelajaran kita ataukah tidak.  Jika memang bisa silahkan dipakai, misal kita memiliki program tahfidz dan anak mendengarkan 15 kali sehari dan kita hanya punya sarana Hp maka hp tersebut bisa kita gunakan. Namun jika Hp itu akan menghancurkan seluruh proses pembelajaran gadget tidak perlu dipakai, silahkan mencari sarana lain yang lebih menarik dan sampainya tujuan pembelajaran.

Kembali kepada tujuan pendidikan kita, yaitu pembentukan kepribadian Islam. Ini juga menjadi pertimbangan, apakah gadget adalah sarana untuk sampai kesana atau malah sebaliknya. Ibu perlu ketegasan dalam perkara ini agar pembentukan kepribadian Islam itu mudah diwujudkan.

Gadget sebenarnya bukan kebutuhan anak tapi hanya ketertarikan anak, maka tanpa gadgetpun anak tidak akan ada masalah. Jika ibu kesulitan berhadapan dengan gadget maka jangan dekatkan gadget itu pada anak, selama bersama anak, ayah dan bunda usahakan tanpa Hp. Hp bisa kita buka saat anak-anak sudah tidur misalkan atau sedang tidak bersama kita. Hanya butuh hingga usia 7 tahun ayah bunda bertahan anak-anak tanpa gadget, ketika usia 7 tahun dan anak sudahmemiliki kesadaran rasional dan ana kpaham ketika dijelaskan maka anak akan bisa menahan diri dari gadget. Saat usia 7 tahun itu paling juga anak-anak pinjam untuk melihat aktifitas-aktifitas dan pengumuman-pengumuman di sekolahnya di group WA, setelah itu dia akan fokus pada yang lainnya, insya Allah.

Wallahu a'lam bishshowab[]

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda