Kamis, 13 Juni 2019

Meraih Kemenangan Hakiki

Oleh: Ayu Ratih
.
Ramadhan adalah bulan kemuliaan dan Idul fitri bulan kemenangan. Kemenangan yang sudah sangat dirindukan, karena kaum mulimin belum dapat merasakan makna kemenangan seutuhnya.
Seperti ramadhan yang sudah berlalu dari tahun ke tahun, hadirnya Ramadhan tidak dapat disambut gembira sepenuhnya, sebab kaum muslimin merasakan kepedihan ketika saudara di belahan dunia lain berduka. Gaza kembali membara sejak 1 Ramadhan. Dibombardir tiga hari tanpa henti oleh Israel, beribadah di tengah ancaman tembakan roket yang bisa menyerang kapanpun. Sedikitnya puluhan orang tewas termasuk ibu hamil dan bayi dalam serangan Israel kala bulan Ramadhan ini. Rumah luluh berantakan, saluran komunikasi terputus dan korban terus berjatuhan. Ramadhan di dalam negeri juga masih diwarnai berbagai polemik. Kisruh pemilu, meninggalnya kurang lebih 554 anggota KPPS, kenaikan beberapa harga pangan, hingga aksi mencekam 22 Mei lalu.
.
Padahal sejatinya Ramadhan adalah wadah bagi kaum muslimin untuk berlomba-lomba meraih kebaikan. Terlebih ketika kaum Muslimin harusnya berlomba-lomba meraih kemuliaan Lailatul Qadar, malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Malam di mana pintu-pintu langit dibukakan, do’a dikabulkan, dan raih kemenangan yang telah dijanjikan.
.
Kemenangan yang sangat diharapkan, bukan sekedar momentum Idul Fitri namun sampai pada kemenangan hakiki. Kemenangan dimana tidak ada lagi penjajahan di negeri-negeri kaum muslim, kedudukan dan kehormatan terjaga, nyawa dan diri terpelihara, hak-hak dasar hidup seluruh masyarakat terjamin, kemudahan beribadah dengan khusyu’.
.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat An-Nashr ayat 1-3 :   
 1 apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan,
2. dan kamu Lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong,
3. Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.
.
Pertama-tama yang patut disepakati apa tujuan kemenangan Islam? Kemenangan Islam adalah bukan kemenangan orang perorang (individu) ataupun bukan pula kemenangan suatu ras atau etnis tertentu, tetapi dalam AlQuran surat An-Nashr dikatakan, kemenangan Islam adalah kemenangan kemanusiaan yaitu berduyun-duyunnya ummat manusia memperoleh hidayah Allah SWT tujuan kemenangan Islam sejalan dengan tujuan perjuangan dakwah para nabi dan RosulNya Allah SWT.
Allah SWT berfirman:

اِنْ يَّنْصُرْكُمُ اللّٰهُ فَلَا غَا لِبَ لَـكُمْ ۚ وَاِ نْ يَّخْذُلْكُمْ فَمَنْ ذَا الَّذِيْ يَنْصُرُكُمْ مِّنْۢ بَعْدِهٖ ۗ وَعَلَى اللّٰهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْنَ

"Jika Allah menolong kamu, maka tidak ada yang dapat mengalahkan kamu, tetapi jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapa yang dapat menolongmu setelah itu? Karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang beriman bertawakal."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 160)
.
Dalam ayat ini Allah secara jelas menyatakan bahwa Allah adalah sebagai satu satunya Yang dapat memberikan dan menetukan kemenangan bagi ummat (maksudnya ummat Islam). Pertolongan Allah akan diberikan kepada orang mukmin yang berhak mendapatkannya. Mari kita mencoba mengkaji sifat-sifat orang mukmin yang berhak mendapatkan pertolongan Allah tersebut secara lebih rinci:
.
1⃣Orang telah diteguhkan kedudukannya oleh Allah di muka bumi. Mereka adalah orang-orang yang telah menegakkan ibadah kepada Allah dengan sempurna. Allah telah berfirman :"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal sholeh, bahwa Dia akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridlai-Nya untuk mereka dan Dia benar-benar akan mengganti kondisi mereka setelah dalam ketakutan menjadi rasa aman sentosa, mereka tetap menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan apapun dengan-Ku" (QS. An-Nur : 55). Jika seorang hamba beribadah secara ikhlas kepada Allah dengan perkataan, perbuatan dan keyakinannya, tidak karena harta atau tujuan-tujuan duniawi lainnya, niscaya Allah akan meneguhkannya di muka bumi ini. Dengan demikian seseorang sebenarnya tidak akan memperoleh kedudukan di muka bumi ini di depan Allah sebelum ia menegakkan agama dan ibadah mereka. Inilah yang bisa kita sebut sebagai "institusi sosial yang mapan yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan akhlaqul karimah".
.
2⃣Mereka yang mendirikan salat dengan khusyu’ dan benar. Salat tanpa kekhusyu’an layaknya jasad tanpa roh. Kekhusu’an dalam shalat pada zaman sekarang ini menjadi semakin berharga. Hiruk pikuk kehidupan serta bisingnya informasi dan komunikasi, menjadikan hati manusia sering bercabang-cabang. Ini menjadikan kekhusyu’an semakin sulit didapatkan. Maka tepatlah kalau kekhusyu’an dalam mendirakan salat menjadi salah satu sebab pertolongan Allah, karena pada kekhusyu’an ini tercipta komunikasi langsung antara hamba dan Tuhannya.
Sifat ini menggambarkan kepada "institusi ibadah" yang optimal dalam kehidupan. Ibadah yang tidak saja bernilai ritual namun juga mempunyai nilai yang lebih luas dan mendalam.
.
3⃣Menunaikan zakat untuk membersihkan harta dan diri mereka dengan sekaligus menolong saudara mereka yang kesusahan dan fakir miskin. Dengan berzakat, ketimpangan sosial antara kaum punya dan kaum miskin papa bisa diminimalisir. Dan pada gilirannya penerapan institusi zakat akan mengantarkan kepada perekonomian yang seimbang, stabil dan kokoh, namun bersih dari praktek-praktek aniaya dan riba.
Tentu yang dimaksudkan Allah dari sifat ini adalah terciptanya sistem perekonomian yang mapan dan bersih, sesuai dengan spirit yang terkandung dalam ibadah zakat.
.
4⃣Mengajak kepada ma’ruf, yaitu kebajikan yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, saling mengkoreksi dan mengingatkan dengan saudaranya demi menegakkan syariat Allah. Dalam sebuah hadis diterangkan, ‘Perumpamaan seorang mukmin terhadap saudaranya mukmin lainnya adalah seperti bangunan yang saling topang menopang". Itulah tugas seorang mukmin terhadap saudaranya yang seiman.
Yang bisa kita ambil dari sifat ini adalah terciptanya tujuan dan orientasi kehidupan kepada hal yang ma’ruf, kebaikan dan kemaslahatan bersama. Orientasi dan tujuan pengembangan kehidupan tidak dieksploitir hanya karena segelintir kepentingan kelompok atau pribadi, namun lebih mengarah kepada upaya mewujudkan konsep "Rahmatan Lil Alamin", kesejahteraan alam semesta.
.
5⃣Mencegah kemungkaran. Mungkar adalah pekerjaan yang dilarang oleh Allah dan rasul-Nya. Mungkar bisa merupakan dosa besar, seperti membunuh dan berzina, ataupun dosa kecil seperti melihat dan mendengar kemaksiatan. Mereka mencegah kemungkaran demi manjaga agama Allah dan melindungi penganutnya dari kerusakan dan kesesatan.
.
Kembali ke pertanyaan mengapa Allah artikan kemenangan dalam bentuk berbondong-bondongnya manusia masuk agama Allah? Mengapa bukan dengan bertambah luasnya wilayah yang berada di bawah kekuasaan Islam. Atau bertambah kayanya kaum muslimin dengan bertambah  banyaknya hamba-sahaya non muslim yang ditawan? Tetapi mengapa kemenangan menurut Allah itu seakan dibukakan pintu hidayah sehingga manusia berduyun-duyun memperoleh hidayah dan mereka dapat berbondong-bondong menikmati hidayah dengan memasuki agama Islam dengan penuh kesukarelaan tanpa paksaan? Padahal kita tahu, Allah SWT berfirman:

“tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.” (Q.S. Al-Baqarah : 256)
.
Jika dicari hikmahnya yaitu Allah berikan hidayah karena hidayah adalah suatu bentuk pemberian tertinggi yang dapat diberikan Allah  kepada hambanya, bukan harta benda, wilayah, pangkat, jabatan atau kedudukan, atau yang lain sebagainya. Bukankah kita sering mengulang-ulang ucapan bahwa kita patut bersyukur atas nikmat terbesar dari Allah SWT yaitu adalah nikmat iman dan Islam ?
.
Coba bayangkan semua dapat diwariskan atau diberikan dari makhluk ke makhluk seperti kekuasaan, harta benda, wilayah dan sebagainya. Namun iman atau hidayah hanya Allah sebagai satu-satunya Zat Yang mampu memberikan, bukan yang lain bahkan Nabi saw  sekalipun tidak akan pernah mampu untuk memilki kewenangan untuk itu. Jadi menangnya Ummat Islam menurut Allah yaitu merupakan perwujudan dari pemberian hadiah terbesar dari Allah SWT untuk ummat manusia sesuai tujuan hakiki perjuangan Nabi-nabi yaitu terselamatnya manusia secara berduyun-duyun dari ancaman nerakaNya Allah menuju SurgaNya Allah SWT. Fathul Mekkah dan kemenangan yang Allah sebutkan dalam surat An Nashr bukan sesuatu yang ujug ujug turun begitu saja tetapi hal ini merupakan suatu rangkaian panjang sejak perjuangan yang dilakukan oleh Nabi saw dari mulai beliau diutus selama 13 tahun perjuangan di bawah penindasan oleh kafir kafir Quraiys, kemudian digenapi selama 10 tahun di Madinah Al Munawarah.
.
*Hakikat Kemenangan Yang Diberikan Allah SWT*
.
Mungkin perlu diluruskan sedikit image Islam khususnya image tentang arti kemenangan Islam yang telah dikaburkan atau dirusak, dan hal ini tidak saja menyangkut tentang kemenangan-kemenangan Islam itu semata, tetapi juga mengenai pemikiran Islam itu sendiri.
.
Kemenangan Islam adalah kemenangan agama Islam karena dengan terbukanya hidayah dari Allah SWT, maka terbuka pula lubuk-lubuk hati manusia untuk menerima Islam sebagai satu-satunya sistem kehidupan bagi seluruh ummat manusia yang terh Islam sekali-kali tidak pernah mengajarkan bahwa peperangan dilancarkan, atau kemenangan dicapai, dengan maksud agar suatu bangsa atau rupa bentuk manusia berkuasa. AlQuran menyatakan bahwa manusia telah dijadikan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku untuk saling mengenal, bukan untuk saling berbunuhan, bukan untuk saling menguasai,
Allah SWT berfirman:

يٰۤاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوْا ۗ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَ تْقٰٮكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti."
(QS. Al-Hujurat 49: Ayat 13)
.
Islam sama sekali tidak pernah mengajarkan segala macam peperangan dan kemenangan yang ditimbulkan atas dasar fanatisme kebangsaan, warna kulit atau bahasa, seperti yang diajarkan oleh Adolf Hitler. Saat ini bangsa yahudi yang telah pernah dijadikan proyek percontohan peperangan gaya Adolf Hitler malah mempraktekkan hal sama kepada bangsa Palestina. Islam diperjuangkan dan dimenangkan berdasarkan niat suci untuk mencari keridhoan Allah SWT.
.
 “Siapa yang berjuang untuk ketinggian kalimat Tuhan yang tinggi, ialah yang berjuang di jalan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
.
Adapun yang dimaksud dengan menjadikan kalimat Allah dan menjadikannya kalimat Allah tinggi mengandung arti menjadikan Islam itu kepunyaan Allah, yaitu agama seluruh umat manusia, tanpa mengenal batas kebangsaan, ras, etnis, kesukuan dan sebagainya.
.
Jadi kemenangan Islam itu adalah kemenangan yang berlaku bagi seluruh umat manusia, yang belum pernah ada baik sebelumnya maupun setelahnya. Kemenangan Islam bukanlah kemenangan menguasai suatu wilayah ataupun harta benda, tetapi merupakan kemenangan terhadap atas setiap hati nurani ummat manusia di suatu tempat mana pun di muka bumi.
.
*Meraih Kemenangan Hakiki*
.
Seperti yang sudah kita bahas di atas, bahwa pertolongan Allah akan diberikan kepada orang mukmin yang berdakwah. Dakwah ini adalah proyeknya Allah, dan kita hanyalah pelaksananya saja. Kalau langkah-langkah kita sesuai dengan bimbingan dan arahan-arahan Rabb dan Nabi, kita akan dimenangkan oleh Allah SWT, insya Allah…
Karena dengan selalu disiplin terhadap manhaj rabbani, yang diberikan Al-Qur’an dan sunnah, maka kita sebelum dinilai menjadi pemenang di hadapan manusia, insya Allah telah dinilai menjadi pemenang di hadapan Allah.
Itulah konsep kemenangan dalam Islam, menang ketika di dunia fana, menang ketika di alam Baqa. Sebuah kemenangan yang selalu dipinta hamba muslim dalam setiap do’anya.






“…Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami kebaikan di dunia ini dan kebaikan di akhirat kelak dan hindarkanlah kami dari azab api neraka.”(QS. Al-Baqorah: 201).
.
Itulah kemenangan hakiki. Dunia-akhirat berjaya. Apalah arti kemenangan di dunia kalau di akhirat sengsara. Tentu kemenangan besar ini tak bisa kita raih dengan instan saudaraku. Di sana banyak jalan terjal dengan jurang-jurang yang dalam di setiap sisinya. Sedikit saja kaki salah melangkah, jurang-jurang dalam itu siap menerkam kita.
Iblis laknatullah dan laskar-laskarnya, baik dari golongan jin dan manusia tak tinggal diam.
.
Mereka selalu setia merintangi jalan menuju kemenangan besar itu saudaraku. Mereka takkan pernah berhenti memalingkan langkah kita kearah kekalahan dan kerugian besar itu. Mereka selalu beraksi mencari titik lemah kekuatan kita. Depan belakang, kiri kanan, atas-bawah. Dari seluruh penjuru arah.
.
Mereka akan bersorak kegirangan kala kaki kita tergelincir ke dalam lembah kemaksiatan. Mereka akan selalu mengipasi kita agar bertahan di lembah itu untuk selamanya, sampai nyawa  lepas dari raga kita, dan kita mati dalam seburuk-buruk kematian (suul khatimah). Na’udzubillah min dzaalik.
.
Jalan ke Neraka (yang merupakan buah kemurkaan-Nya) selalu ditemani oleh kenikmatan-kenikmatan syahwat. Sedangkan jalan ke Surga (yang merupakan buah keridhaan-Nya) selalu ditemani oleh hal-hal yang berlawanan dengan keinginan dan kecenderungan syahwat, Penuh duri, dan pasti tak semulus jalan ke Neraka.
“Neraka diselubungi (dikelilingi) oleh syahwat, dan surga oleh kesulitan-kesulitan”. (HR. Bukhari-Muslim)
.
Oleh karena itu, tentu dibutuhkan sebuah keistiqamahan yang luar biasa juga dalam meraih kemenangan besar itu. Istiqamah dalam ketakwaan, dengan bersabar dalam mengerjakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.