Back To "Muslimah Identity"
Tema malam ini adalah tentang _Back to Muslimah Identity_,
yakni kembali ke identitas seorang muslimah. Sebenarnya tema ini mengundang
satu tanya, mengapa harus kembali? Apakah muslimah saat ini sudah keluar dari
jalur identitasnya?
Baik, kita jawab pertanyaan di atas.
Pertama, saya akan mengajak temen2 semua untuk merenungi
sematan nama “muslimah” pada diri kita. Kita akan melihat jati diri kita
sebagai seorang perempuan yang beriman pada Allah.
Manusia, baik perempuan ataupun lelaki, yang memiliki akal,
dia akan mencari tahu hakikat dari kehidupan ini. Pernahkah temen2 berpikir, kenapa
aku harus perempuan?
Kenapa jenis kelamin hanya ada lelaki dan perempuan?
Kenapa keduanya diciptakan berbeda dilihat dari fisik?
Apakah ini menandakan ada tugas kehidupan berbeda juga?
Pernahkah terpikir? Maka kita sebagai manusia yang berakal,
jelas wajib menguraikan jawaban yang memuaskan untuk pertanyaan2 di atas.
Alamiahnya, di dunia ini tak ada satu benda yang lahir
dengan sendirinya, mewujud tanpa proses penciptaan, hadir tanpa ada yang
menciptakan. Laptop, handphone dll tak mungkin ada di dunia jika tidak ada yg
menciptakannya. Maka bila semua benda di dunia ini adalah hasil dari
penciptaan, tentu manusia dan alam semesta juga memiliki sang pencipta.
Ini namanya mencari Tuhan dengan cara berpikir. Tujuannya
agar keimanan itu memang lahir dari hati dan dibenarkan oleh hati hingga
mengakar kuat tak tergoyahkan oleh apapun. Selanjutnya, Tuhan yang mana yang
menciptakan manusia dan alam semesta? Apakah Tuhan2 yang mewujud di dunia
seperti patung, dan sesembahan lainnya, ataukah bukan?
Bila kita cermati, sesembahan yang mewujud di dunia terlihat
oleh mata manusia, bukankah mereka diciptakan oleh manusia? Itu artinya
sesembahan itu bukanlah Tuhan, atau interpretasi dari Tuhan. Karena Tuhan sudah
pasti tidak diciptakan. Karena Dia bersifat hanya sebagai Sang Pencipta, bukan
Sang Pencipta sekaligus Makhluk. Maka memuaskan hati dan akal bila Tuhan itu
ada dengan sendirinya, tidak ada yang menciptakan, kekal, abadi, tidak berawal
dan tidak berakhir. Itulah Dia, AL Kholiq (sang Pencipta), yakni Allah
subhanahuwwata’alaa.
Dan itulah yang menjadi ciri khas bagi seorang muslim.
Karena memiliki kehidupan yang khas. Allah wajibkan memakai jilbab (gamis dalam
bahasa Indonesia) dan khimar (keurudung) untuk menutup auratnya, maka itulah
yang menjadi ciri khas dari seorang muslimah. Allah wajibkan ia menjadi bagian
dari penyeru kebaikan dan pelarang kemungkaran, maka itulah yang menjadi
karakteristik seorang muslimah.
Kedua, mengapa ada muslim dan muslimah, apakah sama
kedudukannya atau berbeda?
Bila kita baca Alquran, dalam surat Al Hujurat ayat 13:
ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﺇِﻧَّﺎ ﺧَﻠَﻘْﻨَﺎﻛُﻢْ ﻣِﻦْ ﺫَﻛَﺮٍ ﻭَﺃُﻧْﺜَﻰ
ﻭَﺟَﻌَﻠْﻨَﺎﻛُﻢْ ﺷُﻌُﻮﺑًﺎ ﻭَﻗَﺒَﺎﺋِﻞَ ﻟِﺘَﻌَﺎﺭَﻓُﻮﺍ ﺇِﻥَّ ﺃَﻛْﺮَﻣَﻜُﻢْ ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟﻠَّﻪِ
ﺃَﺗْﻘَﺎﻛُﻢْ
“Hai manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. (Al-Hujurat: 13)
Jadi, Islam memandang antara lelaki dan perempuan sama
derajatnya di sisi Allah, yakni ketakwaan standarnya. Dan perlu diketahui
mengapa Allah menciptakan perempuan dan lelaki berbeda dari segi fisik,
jawabannya adalah karena Allah memberikan tugas, hak dan kewajiban yang berbeda
antara keduanya. Mereka punya jalan masing2, berbeda, untuk mencapai derajat
ketakwaan di sisi Allah. Inilah indahnya Islam. Sesuai dengan kodrat manusia. Karena
memang Islam adalah panduan original untuk mengatur kehidupan manusia.
Islam Mengatur Perempuan Agar Sesuai Fitrahnya.
Perempuan dalam Islam begitu dimuliakan. Ia tak diberi
kewajiban mencari nafkah, yang ada justru dinafkahi. Makanya muslimah hukumnya
mubah bekerja, tidak wajib. Perempuan sangat diagungkan, sampai ia ditugaskan
sebagai Ibu pendidik dan pengelola Rumah (ummu wa robbatul bayt), Penggerak
opini (dakwah) dan intelektual peradaban (ilmuwan).
Itu semua merupakan tugas yang berat, yang hanya mampu
diemban oleh para perempuan yang kuat akal dan keimanannya. Dan Islam
memberikan peluang untuk para perempuan merealisasikan tugas agung itu.
Dengan digratiskannya pendidikan dalam Islam, membantu para
permepuan dan lelaki untuk bebas mencari ilmu, tanpa batas zonasi, tanpa
kekurangan fasilitas atau apapun itu. Dan tak pernah luput sedikitpun keilmuan
dalam Islam dipisahkan dari ruh keimanan kepada Allah. Semua disediakan dan
diatur oleh Negara yang menerapkan system Islam. Sehingga keilmuan para
perempuan terjamin dalam balutan keimanan.
Wassalammu'alaikum warrohmatullahi wabarokatuh
Pertanyaan :
1. Bismillah.. MasyaaAllah begitu jelas materi yang
disampaikan ustzh🥺 sedikit mau bertanya ustzh dengan konsep
"Negara menerapkan system islam" dan penerapan "Demokrasi"
perbadaanya bagaimana ya ustzh? Mungkin kita dsnh belum ada yang mengerti.
2. Assalamualaikum ustadzah punten izin bertanya
Bagaimana dengan perempuan yang sudah terlanjur bekerja tapi
niat dia untuk membantu meringankan beban kedua orangtuanya? Apakah tetap
mubah?
*Jawaban*
1.
Wah, ini pertanyaan yang sebenarnya keluar tema ya, hehe.
sedikit gambaran yang semoga bisa mencerahkan.
Perbedaan system Islam dan Demokrasi.
Perlu disetujui bersama dulu, bahwa Islam bukan hanya
sekadar agama, namun juga mewujud sebagai ideology yang melahirkan system
kehidupan. Maka pantas bila Islam sering disebut-sebut sebagai way of life,
jalan hidup. Karena memang Islam mengatur kehidupan dari mulai bangun tidur
sampai perkara mengatur Negara. Coba lihat Alquran, baca lagi, ada berapa
banyak ayat yang menunjukan pada perkara kenegaraan. Seperti mengatur ekonomi,
perang, hudud, qishosh, dan lain sebagainya.
Jika kita sudah sepakat bahwa Islam adalah jalan hidup. Maka
kita akan bandingkan, jalan hidup mana yang lebih baik.
Sebelumnya kita bahas lebih dulu terkait demokrasi.
Demokrasi itu lahir dari Rahim secular, pemisahan agama dari
kehidupan. Yang terjadi pada abad pertengahan di barat. Untuk lebih jelasnya,
silakan baca buku “Buanglah
Demokrasi Pada Tempatnya” Karya Yudha
Pedyanto. Rekomendid banget, buku dengan metode Tanya jawab. Mengobok-obok
pikiran!
Sistem Islam yang lahir dari akidah kepada Allah swt,
tentunya lebih memanusiakan manusia ketimbang system demokrasi sekularisme yang
memiliki asas kebebasan, bebas mau gimana aja. Karena aturannya diciptakan oleh
manusia itu sendiri. Satu manusia mengatur manusia lainnya aja udah sulit, satu
kelompok bersepakat tanpa sedikit pertentangan aja mustahil, ini berangan semua
manusia berkumpul, bersepakat dengan 1 kesepakatan, untuk mengatur mereka semua
dengan aturan yang mereka buat.
bila islam lahir dating sebagai anugrah Allah, yang tau
kurang dan lemahnya manusia, maka islam lebih baik dari system demokrasi yang
menjunjung tinggi hawa nafsu manusia.
2. perempuan bekerja itu hukum asalnya mubah, sekalipun dia
menjadi tulang punggung keluarga. jadi kalaupun nanti berhenti, tidak menjadi
dosa akibat banyak tanggungan menurut kacamata manusia. yang seharusnya
menafkahi itu adlah ayahnya. bila tak punya pekerjaan, yang wajib memberikan
pekerjaan, dalam kacamata islam adalah pemerintah, sebagai bentuk tanggung
jawab dalam memastikan rakvyatnya terpenuhi segala kebutuhannya, apalagi nafkah
adalah kewajiban, maka memberikan lapangan pekerjaan adalah kewajiban bagi
pemerintah. wallahu a'lam.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda