Jumat, 25 Oktober 2019

The Power of Istighfar



Setiap hari tidak bosan-bosannya kita melakukan maksiat, tiap hari, tiap menit, baik dosa yang besar maupun kecil. Kadang kita tidak merasa salah atau dosa padahal itu adalah kemaksiatan atau dosa yang kita lakukan.  Baik kesalahan kita terhadap Allah, maupun kita salah terhadap Saudara kita, kerabat kita, teman kita, keluarga kita, teman satu  kuliah, teman kerja dll.  Kadang kita merasa tidak melakukan kesalahan, padahal saudara kita tersakiti. Dalam becanda misalnya jangan sampai becanda kita itu menyakiti orang lain, yang mengakibatkan kita menumpuk-numpuk dosa. Kadang kita juga tidak menyadari ternyata itu adalah dosa misalnya saja ghibah, kadang kita tidak sadar tiba-tiba ngomongin orang, padahal itu dosa. 


Ghibah kata Imam Nawawi adalah menyebutkan kejelekan orang lain di saat ia tidak ada saat pembicaraan. (Syarh Shahih Muslim, 16: 129).
Dalam Al Adzkar (hal. 597), Imam Nawawi rahimahullah menyebutkan, “Ghibah adalah sesuatu yang amat jelek, namun tersebar dikhalayak ramai. Yang bisa selamat dari tergelincirnya lisan seperti ini hanyalah sedikit. Ghibah memang membicarakan sesuatu yang ada pada orang lain, namun yang diceritakan adalah sesuatu yang ia tidak suka untuk diperdengarkan pada orang lain. Sesuatu yang diceritakan bisa jadi pada badan, agama, dunia, diri, akhlak, bentuk fisik, harta, anak, orang tua, istri, pembantu, budak, pakaian, cara jalan, gerak-gerik, wajah berseri, kebodohan, wajah cemberutnya, kefasihan lidah, atau segala hal yang berkaitan dengannya. Cara ghibah bisa jadi melakui lisan, tulisan, isyarat, atau bermain isyarat dengan mata, tangan, kepala atau semisal itu.”

Bahkan dikatakan dalam Majma Al Anhar (2: 552), segala sesuatu yang ada maksud untuk mengghibah termasuk dalam ghibah dan hukumnya haram.
Hukum ghibah itu diharamkan berdasarkan kata sepakat ulama. Ghibah termasuk dosa besar. Sebagian ulama membolehkan ghibah pada non muslim seperti Yahudi dan Nashrani sebagaimana diisyaratkan dalam Subulus Salam (4: 333), sebagiannya lagi tetap melarang ghibah pada kafir dzimmi.


Namun ada Enam keadaan yang dibolehkan menyebutkan aib orang lain adalah sebagai berikut:
1- Mengadu tindak kezaliman kepada penguasa atau pada pihak yang berwenang. Semisal mengatakan, “Si Ahmad telah menzalimiku.”

2- Meminta tolong agar dihilangkan dari suatu perbuatan mungkar dan untuk membuat orang yang berbuat kemungkaran tersebut kembali pada jalan yang benar. Semisal meminta pada orang yang mampu menghilangkan suatu kemungkaran, “Si Rahmat telah melakukan tindakan kemungkaran semacam ini, tolonglah kami agar lepas dari tindakannya.”

3- Meminta fatwa pada seorang mufti seperti seorang bertanya mufti, “Saudara kandungku telah menzalimiku demikian dan demikian. Bagaimana caranya aku lepas dari kezaliman yang ia lakukan.”

4- Mengingatkan kaum muslimin terhadap suatu kejelekan seperti mengungkap jeleknya hafalan seorang perowi hadits.

5- Membicarakan orang yang terang-terangan berbuat maksiat dan bidah terhadap maksiat atau bidah yang ia lakukan, bukan pada masalah lainnya.

6- Menyebut orang lain dengan sebutan yang ia sudah maruf dengannya seperti menyebutnya si buta. Namun jika ada ucapan yang bagus, itu lebih baik. (Syarh Shahih Muslim, 16: 124-125)

belum lagi di Dunia Maya, yang selalu di akses tiap hari. Menonton hal-hal yang diharamkan oleh Allah, mencemooh orang lain, komen-komen yang buruk dll.

Mujahid rahimahullah mengatakan, “Hati itu seperti telapak tangan. Awalnya ia dalam keadaan terbuka dan jika berbuat dosa, maka telapak tangan tersebut akan tergenggam. Jika berbuat dosa, maka jari-jemari perlahan-lahan akan menutup telapak tangan tersebut. Jika ia berbuat dosa lagi, maka jari lainnya akan menutup telapak tangan tadi. Akhirnya seluruh telapak tangan tadi tertutupi oleh jari-jemari.

Ibnu Qayyim Al Jauziyah rahimahullah mengatakan, “Jika dosa semakin bertambah, maka itu akan menutupi hati pemiliknya. Sebagaimana sebagian salaf mengatakan mengenai surat Al Muthoffifin ayat 14, “Yang dimaksud adalah dosa yang menumpuk di atas dosa.”

Inilah di antara dampak bahaya maksiat bagi hati. Setiap maksiat membuat hati tertutup noda hitam dan lama kelamaan hati tersebut jadi tertutup. Jika hati itu tertutup, apakah mampu ia menerima seberkas cahaya kebenaran? Sungguh sangat tidak mungkin. Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Jika hati sudah semakin gelap, maka amat sulit untuk mengenal petunjuk kebenaran.”

Astaghfirullahaladziim......

Hati bani Adam itu diibaratkan sebuah bola kaca yang bening dan bersinar, ketika dia berbuat dosa maka muncul sebuah titik hitam pada bola kaca itu. Ketika dia terus menerus berbuat dosa maka titik hitam itu akan semakin banyak jumlahnya dan pada akhirnya akan menutup seluruh permukaan bola kaca tersebut sehingga sinarnya jadi pudar.  Ketika itu  hati manusia jadi hitam dan gelap.


Jika manusia itu beristighfar mohon ampun pada Allah maka titik hitam yang menutup bola kaca itu akan hilang, demikianlah terus menerus jika dia selalu beristighfar maka titik titik hitam yang menutupi bola kaca itu akan terus berguguran sehingga bola kaca itu tetap bersinar benderang.


 “Hati itu empat macam: hati yang bersih, padanya pelita yang bersinar gemilang. Maka itulah hati orang mumin. Hati hitam terbalik, maka itulah hati orang kafir. Hati terbungkus yang terikat bungkusannya. Itulah hati orang munafiq. Dan hati yang melintang, padanya keimanan dan kemunafikan”.( HR Ahmad dan Ath-Thabrani dari Abi Said)


Hati yang hitam adalah hati orang yang sakit sebagaimana ditegaskan Allah dalam surat Al Baqarah ayat 10 yang artinya “Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta” (Al Baqarah 10)


Mereka yang hati nya selalu bersinar dan bersih dari kotoran dan dosa Allah jadikan  hatinya sebagai penasehat bagi dirinya . Hati seperti itulah yang dimaksud Rasulullah dengan sabda Nabi s.a.w “Apabila dikehendaki oleh Allah kebajikan pada seorang hamba, niscaya dijadikanNya orang itu memperoleh pelajaran dari hatinya” 


Orang yang hatinya bersih bersinar amat peka terhadap godaan dan tipu daya setan , jika setan  mendekat untuk menipu dan mempedayanya ia cepat sadar sehingga tidak larut dalam perbuatan dosa dan maksiat sebagaimana disebutka n dalam surat Al A'Raaf

201. Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya. (Al ARaaf 201)


Orang yang datang menghadap Allah dengan hati yang bersih dari dosa dan maksiat akan mendapat naungan yang sempurna dari Allah pada hari kiamat sebagaimana disebutkan dalam doa Nabi Ibrahim dalam surat asy syuaraa 87-89


Istighfar adalah hal penting yang banyak diremehkan orang pada masa ini, banyak orang menganggap istighfar itu tidak perlu  hanya membuang waktu saja. Padahal Rasulullah yang sudah dijamin Allah untuk masuk syurga tidak kurang beristighfar dari 70 kali dalam sehari.

Perbuatan dosa dan maksiat itu seperti debu yang menempel ditubuh, tidak ada seorang manusiapun yang bisa menghindar dari debu tersebut.  Untuk membersihkan tubuh dari debu itu kita perlu mandi sekurang kurangnya sekali sehari. Bagaimana jika kita tidak pernah mandi selama berhari hari? Orang yang tidak pernah beristighfar bisa diumpakan dengan orang yang tidak pernah mandi tersebut. Naudzubillahi mindzalik.

Allah telah memerintahkan kita untuk banyak beristighfar dan mohon ampun padaNya sebagaimana disebutkan dalam surat Hud ayat 3 yang artinya

“dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat”

Allah berjanji akan memberikan kehidupan yang baik secara terus menerus selama hidup didunia sampai datang ajal kelak dan memberikan berbagai kelebihan dan keistimewaan kepada mereka yang selalu istighfar mohon ampun padaNya.

Maa Syaa Allah.... begitulah Dahsyatnya Istighfar. Ternyata bukan saja sebagai wasilah diampuninya dosa-dosa tapi juga sebagai wasilah membuat hati jadi tenang, terhindar dari keburukan. Wallahu A'lam Bishowa

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda