STOP BUDAYA KUFUR VALENTINE DAY
Beberapa hari kedepan teman-teman semua pasti sudah tahu kan akan menjumpai event apa? Hampir seluruh dunia menganggapnya penting dan merayakannya. Event itu identik dengan romantisme, coklat, bunga, kartu ucapan dan sebagainya.
Yup! tidak lain adalah Valentine's Day atau banyak yang bilang hari kasih sayang
Oleh sebab itu, malam ini Kajian Online kita berjudul *“Stop Ikut Budaya Kufur! (Valentine's Day)”*
_Loh kak kok bisa bawa-bawa Valentine's day?_ _Bukannya bagus ya menyampaikan kasih sayang dan membuat bahagia orang yang kita sayangi? Jadi gak apa-apa dong ikut merayakannya._
Memang sih bagus, bagus banget malah, tapi... apakah kalian tahu apa itu Valentine's day? Bagaimana ia bisa muncul? Dan apa saja kerusakan yang mengiringi hari kasih sayang itu? Dan yang terpenting bagaimana pendapat Islam yang menjadi bagian dari identitas kita terkait hal tersebut?
Untuk mengetahui jawaban itu semua, saya akan sedikit mereview terlebih dahulu masa lalu Valentine's day.
Sebenarnya ada banyak versi yang tersebar berkenaan dengan asal-usul Valentine’s Day.
Namun, pada umumnya kebanyakan orang mengetahui tentang peristiwa sejarah yang dimulai ketika dahulu kala bangsa Romawi memperingati suatu hari besar setiap tanggal 15 Februari yang dinamakan Lupercalia.
Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari).
Dua hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love) Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda mengundi nama–nama gadis di dalam kotak.
Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan dijadikan obyek hiburan.
Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan srigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur.
Ketika agama Kristen Katolik menjadi agama negara di Roma, penguasa Romawi dan para tokoh agama katolik Roma mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor.
Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I (The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity). Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (The World Book Encyclopedia 1998).(rumaysho.com)
Versi lainnya dari The Catholic Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine menuliskan ada 3 nama Valentine yang mati pada 14 Februari, seorang di antaranya dilukiskan sebagai yang mati pada masa Romawi.
Namun demikian tidak pernah ada penjelasan siapa “St. Valentine” yang dimaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengis
Versi lainnya dari The Catholic Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine menuliskan ada 3 nama Valentine yang mati pada 14 Februari, seorang di antaranya dilukiskan sebagai yang mati pada masa Romawi.
Namun demikian tidak pernah ada penjelasan siapa “St. Valentine” yang dimaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda.
Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II memerintahkan menangkap dan memenjarakan St. Valentine karena menyatakan Tuhannya adalah Isa Al-Masih dan menolak menyembah tuhan-tuhan orang Romawi. Orang-orang yang mendambakan doa St.Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.
Versi kedua menceritakan bahwa Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan daripada orang yang menikah. Kaisar lalu melarang para pemuda untuk menikah, namun St.Valentine melanggarnya dan diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga iapun ditangkap dan dihukum gantung pada 14 Februari 269 M (The World Book Encyclopedia, 1998).
Versi lainnya menceritakan bahwa sore hari sebelum Santo Valentinus akan gugur sebagai martir (mati sebagai pahlawan karena memperjuangkan kepercayaan), ia menulis sebuah pernyataan cinta kecil yang diberikannya kepada sipir penjaranya yang tertulis “Dari Valentinus mu”. (Sumber pembahasan di atas:http://id.wikipedia.org dan lain-lain) (rumaysho.com)
Baik, itulah beberapa versi sejarah tentang valentine's day yang paling populer.
Bisa kita lihat sendiri bukan bahwa asal muasal valentine day saja sudah tidak sesuai dengan akidah kita sebagai seorang muslim/muslimah.
Tentunya karena valentine day itu penuh dengan paganisme dan kesyirikan karena ia berasal dari upacara keagamaan Romawi Kuno lalu seiring berjalannya waktu, akhirnya dirubah menjadi hari perayaan gereja dengan nama Saint Valentine’s Day atas inisiatif Paus Gelasius I.
Jadi acara valentine menjadi ritual agama Nashrani yang dirubah peringatannya menjadi tanggal 14 Februari, bertepatan dengan matinya St. Valentine. Dan Valentine's day bisa juga sebuah penghormatan kepada tokoh nasrani yang dianggap suci oleh mereka.
Lalu apa sih kerusakan hari valentine ini???
1. Merayakan Valentine's day berarti meniru orang kafir
Mungkin sudah berbusa mulut para ustadz/ustadzahnya mengingatkan untuk jangan meniru orang-orang kafir, mulai dari gaya berbusana, gaya bergaul, sampai gaya berfikir mereka yang sama sekali tidak merujuk kepada syariat Islam. Nah salah satunya merayakan budaya yang menjadi pembahasan kita saat ini nih. Yaitu ikut budaya merayakan Valentine's day
Kenapa seorang muslim/muslimah gak boleh? Karena...
Allah Ta’ala sendiri telah mencirikan sifat orang-orang beriman. Mereka adalah orang-orang yang tidak menghadiri ritual atau perayaan orang-orang musyrik dan ini berarti tidak boleh umat Islam merayakan perayaan agama lain semacam valentine. Semoga ayat berikut bisa menjadi renungan bagi kita semua.
Allah Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا
“Dan orang-orang yang tidak menyaksikan perbuatan zur, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” (QS. Al Furqon [25]: 72)
Ibnul Jauziy dalam Zaadul Masir mengatakan bahwa ada 8 pendapat mengenai makna kalimat “tidak menyaksikan perbuatan zur”, pendapat yang ada ini tidaklah saling bertentangan karena pendapat-pendapat tersebut hanya menyampaikan macam-macam perbuatan zur. Di antara pendapat yang ada mengatakan bahwa “tidak menyaksikan perbuatan zur” adalah tidak menghadiri perayaan orang musyrik. Inilah yang dikatakan oleh Ar Robi’ bin Anas.
Jadi, ayat di atas adalah pujian untuk orang yang tidak menghadiri perayaan orang musyrik.
Jika tidak menghadiri perayaan tersebut adalah suatu hal yang terpuji, maka ini berarti melakukan perayaan tersebut adalah perbuatan yang sangat tercela dan termasuk ‘aib (Lihat Iqtidho’, 1/483).
Jadi, merayakan Valentine’s Day bukanlah ciri orang beriman karena jelas-jelas hari tersebut bukanlah hari raya umat Islam.
Dari Rasulullah ﷺ bersabda :
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
إِنَّ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى لاَ يَصْبُغُونَ ، فَخَالِفُوهُمْ
“Sesungguhnya orang Yahudi dan Nashrani tidak mau merubah uban, maka selisihlah mereka.” (HR. Bukhari no. 3462 dan Muslim no. 2103)
Hadits ini menunjukkan kepada kita agar menyelisihi orang Yahudi dan Nashrani secara umum dan di antara bentuk menyelisihi mereka adalah dalam masalah uban. (Iqtidho’, 1/185)
Ucapan Selamat Berakibat Terjerumus Dalam Kesyirikan dan Maksiat
Ibnu Qayyim al-Jauziyah berkata, _“Memberikan ucapan selamat terhadap acara ritual orang kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut haram. Semisal memberi selamat atas hari raya dan puasa mereka, dengan mengucapkan, “Selamat hari raya!” dan sejenisnya._
Bagi yang mengucapkannya, kalau pun tidak sampai pada kekafiran, paling tidak itu merupakan perbuatan haram. Berarti ia telah memberi selamat atas perbuatan mereka yang menyekutukan Allah subhanahu wa ta’ala. Bahkan perbuatan tersebut lebih besar dosanya di sisi Allah subhanahu wa ta’ala dan lebih dimurkai dari pada memberi selamat atas perbuatan minum khamar atau membunuh.
*Syaikh Muhammad al-Utsaimin* ketika ditanya tentang Valentine's Day mengatakan, “Merayakan hari Valentine itu tidak boleh, karena alasan berikut:
*Pertama*; ia merupakan hari raya bid’ah yang tidak ada dasar hukumnya di dalam syari’at Islam.
*Kedua*; ia dapat menyebabkan hati sibuk dengan perkara-perkara rendahan seperti ini yang sangat bertentangan dengan petunjuk para salaf shalih (pendahulu kita) -semoga Allah meridhai mereka-. Maka tidak halal melakukan ritual hari raya, baik dalam bentuk makan-makan, minum-minum, berpakaian, saling tukar hadiah ataupun lainnya. (Buletin An-Nur)
3. Hari Kasih Sayang menjadi Hari Semangat Zina
Perayaan Valentine’s Day di masa sekarang ini mengalami pergeseran.
Kalau di masa Romawi, sangat terkait erat dengan dunia para dewa dan mitologi sesat, kemudian di masa Kristen dijadikan bagian dari simbol perayaan hari agama, maka di masa sekarang ini identik dengan pergaulan bebas muda-mudi. Mulai dari yang paling sederhana seperti pesta, kencan, bertukar hadiah hingga penghalalan praktek zina secara legal. Semua dengan mengatasnamakan semangat cinta kasih.
Padahal Allah Ta’ala telah berfirman :
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isro’ [17]: 32)
Dalam Tafsir Jalalain dikatakan bahwa larangan dalam ayat ini lebih keras daripada perkataan ‘Janganlah melakukannya’. Artinya bahwa jika kita mendekati zina saja tidak boleh, apalagi sampai melakukan zina, jelas-jelas lebih terlarang.
Maka dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa sudah tidak ada alasan lagi bagi para mukmin mengikuti budaya kufur salah satunya merayakan Valentine's Day.
Kita sudah melihat dari sejarahnya, dari pandangan Islam, dan kalau teman-teman sering baca berita, mungkin teman-teman semua akan menemukan banyak sekali kasus-kasus yang dilakukan orang-orang khususnya remaja yang masih labil dalam merayakan Valentine's day ini.
Dan parahnya lagi tidak sedikit dari mereka merupakan saudara seiman kita.
Naudzubillahimindzalik