Kamis, 13 Februari 2020

STOP BUDAYA KUFUR VALENTINE DAY

             

Beberapa hari kedepan teman-teman semua pasti sudah tahu kan akan menjumpai event apa? Hampir seluruh dunia menganggapnya penting dan merayakannya. Event itu identik dengan romantisme, coklat, bunga, kartu ucapan dan sebagainya.

Yup! tidak lain adalah Valentine's Day atau banyak yang bilang hari kasih sayang

Oleh sebab itu, malam ini Kajian Online kita berjudul *“Stop Ikut Budaya Kufur! (Valentine's Day)”*

_Loh kak kok bisa bawa-bawa Valentine's day?_ _Bukannya bagus ya menyampaikan kasih sayang dan membuat bahagia orang yang kita sayangi? Jadi gak apa-apa dong ikut merayakannya._

Memang sih bagus, bagus banget malah, tapi... apakah kalian tahu apa itu Valentine's day? Bagaimana ia bisa muncul? Dan apa saja kerusakan yang mengiringi hari kasih sayang itu? Dan yang terpenting bagaimana pendapat Islam yang menjadi bagian dari identitas kita terkait hal tersebut?

 Untuk mengetahui jawaban itu semua, saya akan sedikit mereview terlebih dahulu masa lalu Valentine's day.

Sebenarnya ada banyak versi yang tersebar berkenaan dengan asal-usul Valentine’s Day.

 Namun, pada umumnya kebanyakan orang mengetahui tentang peristiwa sejarah yang dimulai ketika dahulu kala bangsa Romawi memperingati suatu hari besar setiap tanggal 15 Februari yang dinamakan Lupercalia.

Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari).

Dua hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love) Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda mengundi nama–nama gadis di dalam kotak.
Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan dijadikan obyek hiburan.

 Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan srigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur.

Ketika agama Kristen Katolik menjadi agama negara di Roma, penguasa Romawi dan para tokoh agama katolik Roma mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor.

Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I (The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity). Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (The World Book Encyclopedia 1998).(rumaysho.com)

Versi lainnya dari The Catholic Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine menuliskan ada 3 nama Valentine yang mati pada 14 Februari, seorang di antaranya dilukiskan sebagai yang mati pada masa Romawi.

Namun demikian tidak pernah ada penjelasan siapa “St. Valentine” yang dimaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengis

Versi lainnya dari The Catholic Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine menuliskan ada 3 nama Valentine yang mati pada 14 Februari, seorang di antaranya dilukiskan sebagai yang mati pada masa Romawi.

Namun demikian tidak pernah ada penjelasan siapa “St. Valentine” yang dimaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda.

Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II memerintahkan menangkap dan memenjarakan St. Valentine karena menyatakan Tuhannya adalah Isa Al-Masih dan menolak menyembah tuhan-tuhan orang Romawi. Orang-orang yang mendambakan doa St.Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.

Versi kedua menceritakan bahwa Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan daripada orang yang menikah. Kaisar lalu melarang para pemuda untuk menikah, namun St.Valentine melanggarnya dan diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga iapun ditangkap dan dihukum gantung pada 14 Februari 269 M (The World Book Encyclopedia, 1998).



Versi lainnya menceritakan bahwa sore hari sebelum Santo Valentinus akan gugur sebagai martir (mati sebagai pahlawan karena memperjuangkan kepercayaan), ia menulis sebuah pernyataan cinta kecil yang diberikannya kepada sipir penjaranya yang tertulis “Dari Valentinus mu”. (Sumber pembahasan di atas:http://id.wikipedia.org dan lain-lain) (rumaysho.com)

Baik, itulah beberapa versi sejarah tentang valentine's day yang paling populer.

Bisa kita lihat sendiri bukan bahwa asal muasal valentine day saja sudah tidak sesuai dengan akidah kita sebagai seorang muslim/muslimah.

 Tentunya karena valentine day itu penuh dengan paganisme dan kesyirikan karena ia berasal dari upacara keagamaan Romawi Kuno lalu seiring berjalannya waktu, akhirnya dirubah menjadi hari perayaan gereja dengan nama Saint Valentine’s Day atas inisiatif Paus Gelasius I.
Jadi acara valentine menjadi ritual agama Nashrani yang dirubah peringatannya menjadi tanggal 14 Februari, bertepatan dengan matinya St. Valentine. Dan Valentine's day bisa juga sebuah penghormatan kepada tokoh nasrani yang dianggap suci oleh mereka.

Lalu apa sih kerusakan hari valentine ini???
1. Merayakan Valentine's day berarti meniru orang kafir
Mungkin sudah berbusa mulut para ustadz/ustadzahnya mengingatkan untuk jangan meniru orang-orang kafir, mulai dari gaya berbusana, gaya bergaul, sampai gaya berfikir mereka yang sama sekali tidak merujuk kepada syariat Islam. Nah salah satunya merayakan budaya yang menjadi pembahasan kita saat ini nih. Yaitu ikut budaya merayakan Valentine's day
Kenapa seorang muslim/muslimah gak boleh? Karena...

Allah Ta’ala sendiri telah mencirikan sifat orang-orang beriman. Mereka adalah orang-orang yang tidak menghadiri ritual atau perayaan orang-orang musyrik dan ini berarti tidak boleh umat Islam merayakan perayaan agama lain semacam valentine. Semoga ayat berikut bisa menjadi renungan bagi kita semua.

Allah Ta’ala berfirman,

وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا

“Dan orang-orang yang tidak menyaksikan perbuatan zur, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” (QS. Al Furqon [25]: 72)

Ibnul Jauziy dalam Zaadul Masir mengatakan bahwa ada 8 pendapat mengenai makna kalimat “tidak menyaksikan perbuatan zur”, pendapat yang ada ini tidaklah saling bertentangan karena pendapat-pendapat tersebut hanya menyampaikan macam-macam perbuatan zur. Di antara pendapat yang ada mengatakan bahwa “tidak menyaksikan perbuatan zur” adalah tidak menghadiri perayaan orang musyrik. Inilah yang dikatakan oleh Ar Robi’ bin Anas.
Jadi, ayat di atas adalah pujian untuk orang yang tidak menghadiri perayaan orang musyrik.

 Jika tidak menghadiri perayaan tersebut adalah suatu hal yang terpuji, maka ini berarti melakukan perayaan tersebut adalah perbuatan yang sangat tercela dan termasuk ‘aib (Lihat Iqtidho’, 1/483).
 Jadi, merayakan Valentine’s Day bukanlah ciri orang beriman karena jelas-jelas hari tersebut bukanlah hari raya umat Islam.
Dari Rasulullah ﷺ bersabda :

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

إِنَّ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى لاَ يَصْبُغُونَ ، فَخَالِفُوهُمْ

“Sesungguhnya orang Yahudi dan Nashrani tidak mau merubah uban, maka selisihlah mereka.” (HR. Bukhari no. 3462 dan Muslim no. 2103)
Hadits ini menunjukkan kepada kita agar menyelisihi orang Yahudi dan Nashrani secara umum dan di antara bentuk menyelisihi mereka adalah dalam masalah uban. (Iqtidho’, 1/185)

Ucapan Selamat Berakibat Terjerumus Dalam Kesyirikan dan Maksiat

Ibnu Qayyim al-Jauziyah berkata, _“Memberikan ucapan selamat terhadap acara ritual orang kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut haram. Semisal memberi selamat atas hari raya dan puasa mereka, dengan mengucapkan, “Selamat hari raya!” dan sejenisnya._

Bagi yang mengucapkannya, kalau pun tidak sampai pada kekafiran, paling tidak itu merupakan perbuatan haram. Berarti ia telah memberi selamat atas perbuatan mereka yang menyekutukan Allah subhanahu wa ta’ala. Bahkan perbuatan tersebut lebih besar dosanya di sisi Allah subhanahu wa ta’ala dan lebih dimurkai dari pada memberi selamat atas perbuatan minum khamar atau membunuh.

*Syaikh Muhammad al-Utsaimin* ketika ditanya tentang Valentine's Day mengatakan, “Merayakan hari Valentine itu tidak boleh, karena alasan berikut:
*Pertama*; ia merupakan hari raya bid’ah yang tidak ada dasar hukumnya di dalam syari’at Islam.
*Kedua*; ia dapat menyebabkan hati sibuk dengan perkara-perkara rendahan seperti ini yang sangat bertentangan dengan petunjuk para salaf shalih (pendahulu kita) -semoga Allah meridhai mereka-. Maka tidak halal melakukan ritual hari raya, baik dalam bentuk makan-makan, minum-minum, berpakaian, saling tukar hadiah ataupun lainnya. (Buletin An-Nur)

3. Hari Kasih Sayang menjadi Hari Semangat Zina
Perayaan Valentine’s Day di masa sekarang ini mengalami pergeseran.
Kalau di masa Romawi, sangat terkait erat dengan dunia para dewa dan mitologi sesat, kemudian di masa Kristen dijadikan bagian dari simbol perayaan hari agama, maka di masa sekarang ini identik dengan pergaulan bebas muda-mudi. Mulai dari yang paling sederhana seperti pesta, kencan, bertukar hadiah hingga penghalalan praktek zina secara legal. Semua dengan mengatasnamakan semangat cinta kasih.

Padahal  Allah Ta’ala telah berfirman :

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isro’ [17]: 32)

Dalam Tafsir Jalalain dikatakan bahwa larangan dalam ayat ini lebih keras daripada perkataan ‘Janganlah melakukannya’. Artinya bahwa jika kita mendekati zina saja tidak boleh, apalagi sampai melakukan zina, jelas-jelas lebih terlarang.

Maka dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa sudah tidak ada alasan lagi bagi para mukmin mengikuti budaya kufur salah satunya merayakan Valentine's Day.

Kita sudah melihat dari sejarahnya, dari pandangan Islam, dan kalau teman-teman sering baca berita, mungkin teman-teman semua akan menemukan banyak sekali kasus-kasus yang dilakukan orang-orang khususnya remaja yang masih labil dalam merayakan Valentine's day ini.

 Dan parahnya lagi tidak sedikit dari mereka merupakan saudara seiman kita.
 Naudzubillahimindzalik

Hari biasa, sibuk. Hari libur, liburan. Trus kapan ngajinya?

بسم الله الرحمن الرحيم
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ ،َأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.، أَمَّا بَعْدُ؛
Apa kabar teman-teman sholihah yang dirahmati Allah? Semoga kita semua dalam keadaan sehat dan selalu dalam lindungan Allah subhanna waa ta'ala,
Shalawat serta salam selalu kita limpahkan kepada baginda nabi besar kita Muhammad shallahu 'alaihi wassalam, semoga kita bisa berjumpa dan mendapatkan syafa'at nya di akhirat kelak.
Jazakunallah khoiron katsiron untuk semua temen-temen yang sudah menyempatkan waktunya untuk menyimak disline malam ini, semoga Allah memberikan berkah, Rahmat dan selalu menjadikan waktunya bermanfaat.. aamiin Ya Rabb
.
Malam ini kita akan membahas dengan tema "Hari biasa Sibuk, hari libur Liburan. Kapan ngajinya?"
Kita pasti punya kesibukan masing-masing, jadwal masing-masing, bahkan saking sibuknya ada yang lupa makan, lupa sekitar dan bahkan lupa kewajiban kita sebagai seorang muslim.
Karna tuntuan dari sekolah, kampus atau tempat kerja. Dari pagi sampai sore bahkan ada yang sampai malam. Lalu kapan dong kita bisa menyiapkan bekal untuk akhirat? ☹
Yang dikejar dunia lagi dunia lagi. Tiap jamnya dunia, tiap harinya dunia, mau tidur pun dunia. 🥺
.
Teman-teman shalihah sekalian, sebagai seorang muslim menimba ilmu adalah suatu kewajiban bagi seluruh manusia yang masih bernafas. Baik mempelajari ilmu dunia maupun ilmu akhirat, keduanya adalah hal yang harus dilakukan untuk kemaslahatan kehidupan.
.
Ilmu dunia berarti akan berdampak pada dunia, ketika kita mempelajarinya. Dan ilmu akhirat akan berdampak pada akhirat nanti, ketika kita mempelajarinya. Namun dunia adalah dimana kita mencari bekal untuk di akhirat kelak.
.
Lantas apa yang harus di utamakan?
Akhirat adalah tempat terakhir dari tujuan kita. Surga atau neraka? Di akhiratlah kita di tentukan akan kemana.
Dan untuk menempuh semua itu, kita harus membekalinya. Ibarat kita mau ke bandung, mau menetap disana. Gak mungkin kan kita ke sana tanpa bekal yang cukup? Yang ada kita akan menjadi linglung dan gak tau harus kemana bahkan bisa saja menjadi gelandangan dadakan. Di akhiratpun ketika kita tak memiliki bekal cukup maka akan hanya ada penyesalan yang tanpa ujung. Bayangin penyesalannya tanpa ujung karna hidup di akhirat itu tidak ada ujungnya.
Sebagaimana ayat pertama yang Allah turunkan adalah "iqro" yaitu membaca, itu adalah bukti bahwa menuntut ilmu adalah penting. Bahkan pentingnya menuntut ilmu pun akan di pertanggung jawabkan di akhirat kelak. Allah SWT berfirman:
وَلَا تَقْفُ مَا لَـيْسَ لَـكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗ اِنَّ السَّمْعَ وَا لْبَصَرَ وَا لْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰٓئِكَ كَا نَ عَنْهُ مَسْئُوْلًا
"Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya."
(QS. Al-Isra' 17: Ayat 36)
Jadi untuk melakukan sesuatu kita perlu tau ilmunya. Nah yang jadi pertanyaan adalah bagaimana sikap kita dalam menuntut ilmu? Antusias kita dalam menuntut ilmu? Apa lagi ilmu agama, yang menjadi bekal dunia akhirat.
Tapi namanya kehidupan pasti banyak cobaan, dan salah satunya adalah cobaan sulitnya kaki melangkah untuk menuju majelis ilmu.
Entah memang karna tuntutan kesibukan, atau justru Allah tak mengijinkan kaki kita untuk melangkah ke majelis ilmu karna dosa dan maksiat yang masih kita lakukan.
Pas waktu libur, bilangnya nanti liburan dulu.
Giliran selesai liburannya, nanti lagi banyak tugas.
Kapan waktu ngajinya?
Giliran nyawa di ujung tenggorokan, baru menyesal dan minta di beri kesempatan satu kali lagi.
Nauzubillah, dan itulah orang orang yang merugi.
.
Sebagai seorang muslimah, kita memiliki peran besar dalam keberlangsungan kualitas generasi. Karna kita adalah madrasah pertama untuk anak anak kita nanti. Yang namanya madrasah identik dengan segudang ilmu yang bermanfaat.
Kalo madsrasahnya ogah-ogahan belajarnya, apa yang mau di kasih ke anak-anak nanti?
Seorang muslimah minimalnya paham dasar dasar akidah dan hukum-hukumnya. Itu minimal yah, masih banyak lagi ilmu agama yang berkaitan dengan dunia juga. contohnya bagaimana cara bermuamalah dengan baik, bagaimana cara berinteraksi sesama jenis dan lawan jenis. Kalo yang dasarnya saja tidak tau, lalu bagaimana dengan yang lainnya?
Apa gak malu kalo nanti anak-anak kita bertanya dan kita gak bisa menjawabnya, atau justru kita menjawabnya dengan ngawur. Nauzubillah
Manusia berbeda dengan makhluk Allah lainnya. Dimana manusia adalah makhluk yang satu satunya akan di adili di hari akhir kelak. Karna manusia diberikan akal untuk memilih jalan apa yang akan di pilihnya. Setiap pilihan manusia akan di mintai pertanggung jawabannya.
Dalam kitab Nizomul islam atau Peraturan hidup dalam islam pada halaman 32 bab qodo dan qodar
" Apabila kita mengamati seluruh perbuatan manusia, akan kita jumpai bahwa manusia itu hidup di dalam 2 area. Area pertama adalah _'area yang dikuasainya'_. Area ini berada di bawah kekuasaan manusia dan semua perbuatan/kejadian yang muncul berada dalam lingkup pilihannya sendiri. Sedangkan area kedua adalah _'area yang menguasainya'_ yaitu area yang menguasai manusia. Pada area ini terjadi perbuatan/kejadian yang tidak ada campur tangan manusia sedikitpun, baik perbuatan/kejadian itu berasal dari dirinya atau yang menimpanya.
Penjelasan di atas menegaskan bahwa, manusia memiliki kuasa penuh atas keputusan manusia untuk memilih apa yang akan di lakukan. Mengaji atau tidak itu adalah pilihan setiap manusia.
Namun hidayah tetap Allah yang berikan.
Sekali lagi di tegaskan bahwa manusia memiliki akal untu berfikir, mana yang baik dan mana tidak, mana yang prioritas dan mana yang tidak, semua pilihan itu berada di tangan kita serta semua pilihan itu akan di mintai pertanggung jawabannya.
Nah dari sini kita bisa simpulkan bahwa kita harus paham betul mana yang harus di prioritaskan. Jika memang waktu untuk sekolah/kuliah/kerja adalah kebutuhan duniawi, namun Allah memberikan kita sebanyak 7 hari dalam  1 pekan. Apakah dari 7 hari ini tidak ada waktu luang untuk mengkaji ilmu agama? Jadwal sekolah/kuliah/kerja tidak full selama 7 hari. Pasti ada hari libur dan hari senggangnya. Nah di hari itulah kita gunakan untuk mengaji, untuk mencharger keimanan, untuk membuat bekal akhirat kita nanti.
Tapi... kan kadang banyak tugas apa lagi untuk yang kuliah, belum lagi yang lagi skripsian. Kadang waktu makan saja lupa.
😊 Shalihah, ini lah bedanya kita dengan wanita-wanita lain. Seorang muslimah harus di tuntut menjadi cerdas, bukan hanya perihal akademis namun juga dalam memanajemen waktu.
Allah Subhanna Waa Ta'ala berfirman:
 اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَ نْفُسِهِمْ ۗ 
"...Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri..."
(QS. Ar-Ra'd 13: Ayat 11)
Maka dari itu, kita harus merubah pola rutinitas kita yang banyak leha-leha menjadi aktifitas yang bermanfaat. Jangan mau di sebut kaum rebahan. Yang dikit dikit selonjoran, dan ujung-ujungnya abay dalam kewajiban. Boleh hang out, tapi prioritaskan dahulu menuntut ilmu dan hak-hak Allah untuk kita penuhi.
Saya mengutip  kalimat dari seseorang:
"Karna Ibu adalah madrasah pertama untuk anak-anak kita kelak nantinya. Jadi gunakan waktu single kita untuk terus Mengupgrade diri dengan ilmu."
Semoga kita semua menjadi calon ibu yang siap mendidik anak-anak kita nanti untuk menjadi pejuang di jalan Allah
aamiin Yaa Rabbal A'alamin
Semua kebenaran hanya milik Allah, mohon maaf jika ada salah kata dalam penyampaian.
Wallahu 'alam bii showab 🙏🏻

Pertanyaan :
1. Antara ilmu dunia dan ilmu akhirat mana yang mesti di dahulukan?
Bagaimana jika seseorang lebih pro dengan ilmu akhirat
Contohnya akhirat 70% dunia 30%.
2. Bagaimana teh kalau semisal ada orang yg memang sangat memprioritaskan ilmu akhirat tetapi dia sangat memandang rendah atau menyepelekan ilmu dunia?bukankah tidak selamanya ilmu dunia hanya berorientasi pada dunia saja?misal, itu guna mengetahui serta memahami bagaimana kondisi ummat saat ini, sekian terimakasih.
Jawab :
1. Jika seseorang mendahulukan Allah maka bukan tidak mungkin dunia akan mendekat dengan mudah. Karna Allahlah yang memegang segala urusan dan kekuasaan yang ada di alam semesta.
Dunia ibaratkan jari yang di celupkan ke lautan. Maka tetesan dari jari itulah nikmat yang ada di dunia. Berbeda dengan akhirat yang sangat luas dan tak terbatas.
Seperti di materi sebelumnya bahwa dunia ini jembatan untuk menuju akhirat.

Jika kita lebih condong mendahulukan Allah, InsyaAllah dunia akan mengikutinya.
Maka dari itu segala urusan apapun harus kita sandarkan pada hukum syara. Lebih mengutamakan Ridho Allah daripada ridho Manusia.
Wallahu 'alam bii showab
2. Betul sekali, ilmu akhirat bukan berarti kita melupakan dunia atau malah memandang remeh dunia. Karna di dunia adalah jembatan kita untuk ke akhirat.
Dimana apa-apa yang kita lakukan di dunia akan berdampak pada akhirat.
Misalnya seorang fulan yang selalu di masjid, selalu membaca al-qur'an dan sholat 5 waktu yang masyaAllah tepat waktu. Namun si fulan ini lupa untuk memberi nafkah orang-orang yang di rumah. Misalnya istri, anak, atau bahkan ibu jika ayahnya sudah tiada.
Itu termasuk perbuatan dzolim, dan kedzoliman tentu akan berdampak pada akhirat. Semuanya akan di mintai pertanggung jawabannya.

Kalo yang abay seputar rumah tangga aja menjadi masalah besar, apa lagi yang abay dengan umat? Wah gak kebayang dong?
Karna setiap muslim kan dimintai pertanggung jawabannya tentang saudara-saudaranya. Siapa saudaranya? Yah umat... jadi mementingkan akhirat bukan berarti lupa dengan dunia. Namun, kita harus selalu bersandar pada hukum Allah. Apapun masalahnya kembali lagi pada al-qur'an dan as-sunnah
wallahu 'alam bii showab