Selasa, 03 Maret 2020

Cinta dan benci karena Allah


CINTA DAN BENCI KARENA ALLAH


SEORANG muslim yang telah menyatakan ikrar hanya Allah Subhanahu Wa Ta'ala semata sebagai Tuhan yang layak disembah dan tiada Tuhan selain-Nya, haruslah selalu tunduk dan patuh atas segala perintah-Nya serta berserah diri seluruh hidup dan matinya hanya untuk Allah. Sebagai bentuk konsekwensi dari implementasi‎nya, seorang muslim haruslah menunjukkan sikap cinta dan benci karena Allah saja melalui prinsip Al Wala wal Bara'. Prinsip akidah ini merupakan tanda kesempurnaan iman seorang muslim. Wujud dari prinsip Al Wala ini adalah mencintai, berkasih sayang, ‎lemah lembut, persaudaraan dan loyalitas terhadap sesama muslim sebagaimana yang diperintahkan Allah. Sedangkan wal Bara' adalah menunjukkan kebencian kepada yang Allah benci yaitu membenci musuh-musuh Allah seperti orang kafir,  musyrikin, dan orang orang yang berbuat maksiat.. pada saat ini banyak sekali orang muslim yang membenci saudaranya sendiri hanya karena berbeda paham sehingga menimbulkan perpecah belahan dikalangan ummat islam padahal kekuatan ummat islam ada ketika ummat islam bersatu. 
ikatan iman yang paling kuat tergambar pada diri seseorang yang mencintai sesuatu semata-mata karena Allah dan membenci sesuatu juga semata-mata karena Allah.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda,
أَوْثَقُ عُرَى الْإِيمَانِ الْمُوَالَاةُ فِي اللهِ وَالْمُعَادَاةُ فِي اللهِ، وَالْحُبُّ فِي اللهِ وَالْبُغْضُ فِي اللهِ
“Ikatan iman yang paling kuat adalah loyalitas karena Allah dan antipati karena Allah, serta cinta karena Allah dan benci karena Allah.” (HR. ath-Thabarani, dinyatakan hasan oleh asy-Syaikh al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shahihah)

Sebaliknya banyak dari ummat islam yang bermananis muka dan berlemah lembut  pada orang yang seharusnya kita benci seperti kita membiarkan sahabat kita atau teman kita berpacaran atau bahkan kita membantu untuk melanggengkan perbuatan maksiat tersebut.  banyak dari ummat islam yang yang bersikap lembut pada orang kafir atau bahkan dengan suka rela menjadi pengikutnya, seperti pencinta drakor, KPOPERS, atau pemuja sistem kafir yang karenanya cinta dan benci mereka standarkan atas jalan manfaat, bukan karena Allah. Padahal sangat jelas dalam sebuah hadits Rosulullah SAW Bersabda 
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَتَى السَّاعَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَا أَعْدَدْتَ لَهَا قَالَ مَا أَعْدَدْتُ لَهَا مِنْ كَثِيرِ صَلَاةٍ وَلَا صَوْمٍ وَلَا صَدَقَةٍ وَلَكِنِّي أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ قَالَ أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu bahwa ada seorang lelaki mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu bertanya, “Wahai Rasûlullâh! Kapankah hari kiamat itu?” Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apa yang telah engkau persiapkan untuk menyambut kedatangannya?” Orang itu menjawab, “Untuk menyambutnya, saya tidak menyiapkan shalat yang banyak, tidak juga puasa yang banyak serta tidak sedekah yang banyak, akan tetapi saya mencintai Allâh dan Rasul-Nya.” Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersada, “Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.”
Hadits di atas menunjukkan bahwa kecintaan yang bermanfaat itu meliputi:
1. Cinta kepada Allah -yang sejati, bukan sekedar klaim/omong kosong-,
2. Mencintai apa saja yang Allah cintai,
3. Cinta terhadap sesuatu atau seseorang karena Allah 
Kecintaan kepada Allah harus dibuktikan dengan mengikuti ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah: Jika kalian benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku.” (QS. Ali Imran: 31)

cinta dan benci karena mencintai hamba allah karena keimanan pada allah dan ketaatan padaNYA. Benci karena allah adalah membenci hamba allah disebabkan kekufuran dan perbuatan maksiatnya.
Mencintai orang beriman yang senantiasa taat pada Allah sangat besar pahalanya. Diantaranya :
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tujuh golongan yang dinaungi Allâh dalam naungan-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: (1) Imam yang adil, (2) seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allâh, (3) seorang yang hatinya bergantung ke masjid, (4) dua orang yang saling mencintai di jalan Allâh, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya, (5) seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allâh.’ Dan (6) seseorang yang bershadaqah dengan satu shadaqah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya, serta (7) seseorang yang berdzikir kepada Allâh dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.”
Menjadi bagian yang mendapatkan syafaat Allah diakhirat kelak tentu lebih berharga ketimbang kita mendapatkan kemewahan dunia yang hanya setetes. Maka dari itu bersegeralah menyegerakan iman untuk menstandarkan cinta dan bencinya karena allah sahaja.
Imam an-Nawawi rahimahullah berkata, “Kecintaan seorang hamba kepada Rabbnya –subhanahu wa ta’ala– ialah dengan melakukan ketaatan kepada-Nya dan tidak menyelisihi aturan-Nya, demikian pula halnya kecintaan kepada Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (lihat Syarh Muslim [2/96]
Ibnu ‘Abbas berkata,
من أحب في الله، وأبغض في الله، ووالى في الله، وعادى في الله، فإنما تنال ولاية الله بذلك، ولن يجد عبد طعم الإيمان وإن كثرت صلاته وصومه حتى يكون كذلك. وقد صارت عامة مؤاخاة الناس على أمر الدنيا، وذلك لا يجدي على أهله شيئا.
“Siapa yang mencintai dan benci karena Allah, berteman dan memusuhi karena Allah, sesungguhnya pertolongan Allah itu diperoleh dengan demikian itu. Seorang hamba tidak adakn bisa merasakan kenikmatan iman walaupun banyak melakukan shalat dan puasa sampai dirinya berbuat demikian itu. Sungguh, kebanyakan persahabatan seseorang itu hanya dilandaskan karena kepentingan dunia. Persahabat seperti itu tidaklah bermanfaat bagi mereka.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir disebutkan dalam Kitab Tauhid Syaikh Muhammad At Tamimi)
Al Hasan Al Bashri berkata,
إنَّ أحبَّ عبادِ الله إلى الله الذين يُحببون الله إلى عباده ويُحببون عباد الله إلى الله ، ويسعون في الأرض بالنصيحة
“Sesungguhnya hamba yang dicintai di sisi Allah adalah yang mencintai Allah lewat hamba-Nya dan mencintai hamba Allah karena Allah. Di muka bumi, ia pun memberi nasehat pada orang lain.” (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1: 224
Disunnahkan ketika kita mencintai seseorang maka ungkapkan, saling memberi hadiah, dan saling menyapa dengan salam karena dengannya doa akan senantiasa mengalir pada hamba-hamba allah yang mencintai karena allah. Namun lain hal jika bukan mahrom dan lawan jenis.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
لَّا تَجِدُ قَوۡمٗا يُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ يُوَآدُّونَ مَنۡ حَآدَّ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَوۡ كَانُوٓاْ ءَابَآءَهُمۡ أَوۡ أَبۡنَآءَهُمۡ أَوۡ إِخۡوَٰنَهُمۡ أَوۡ عَشِيرَتَهُمۡۚ أُوْلَٰٓئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ ٱلۡإِيمَٰنَ وَأَيَّدَهُم بِرُوحٖ مِّنۡهُۖ وَيُدۡخِلُهُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَاۚ رَضِيَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُواْ عَنۡهُۚ أُوْلَٰٓئِكَ حِزۡبُ ٱللَّهِۚ أَلَآ إِنَّ حِزۡبَ ٱللَّهِ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ٢٢
“Tidak akan engkau dapati bahwa suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhir saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak, atau saudara-saudara, ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah mengokohkan keimanan dalam hati mereka, menguatkan mereka dengan pertolongan dari-Nya, dan memasukkan mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, sesungguhnya golongan Allah itulah orang-orang yang beruntung.” (al-Mujadilah: 22)
Ayat ini sangat tegas menunjukkan bahwa tidak akan pernah ada orang yang beriman kepada Allah berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya. Keimanan seseorang kepada Allah mengharuskan hilangnya kecintaan kepada musuh-musuh Allah. Sebab, kedua hal tersebut saling berlawanan. Jadi, keberadaan salah satu dari keduanya mengharuskan hilangnya yang lain.

Asy-Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata, “Adapun orang yang beranggapan bahwa dia beriman kepada Allah dan hari akhir, tetapi berkasih sayang kepada musuh-musuh Allah dan mencintai orang yang meninggalkan iman di belakang punggungnya, keimanannya hanyalah pengakuan, tidak ada hakikatnya. Setiap hal membutuhkan pembuktian akan kebenarannya. Adapun semata-mata pengakuan, tidak ada manfaatnya dan pengucapnya tidak akan dibenarkan.” (Lihat Taisir al-Karimir Rahman)

Hal lain yang menunjukkan sikap cinta dan benci karena Allah adalah sikap Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam kepada paman beliau, Abu Thalib, yang meninggal dalam keadaan musyrik. Beliau menyatakan, “Aku akan senantiasa memintakan ampun untukmu selama aku tidak dilarang.” Lalu turunlah ayat-Nya,
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَن يَسۡتَغۡفِرُواْ لِلۡمُشۡرِكِينَ وَلَوۡ كَانُوٓاْ أُوْلِي قُرۡبَىٰ مِنۢ بَعۡدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمۡ أَنَّهُمۡ أَصۡحَٰبُ ٱلۡجَحِيمِ ١١٣
“Tidak sepantasnya Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun bagi orang-orang musyrik, walaupun dari kalangan kerabat mereka sendiri, setelah jelas bagi mereka bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penduduk neraka Jahim (mati di atas kesyirikan).” (at-Taubah: 113)

Apabila Allah membenci seorang hamba, maka allah akan memanggil jibril dan berfirman “ sesungguhnya Aku membenci si fulan, maka bencilah ia. Rosulullah saw bersabda “ kemudian jibril pun membencinya dan menyeru kepada penghuni langit. Sesungguhnya allah telah membenci sifulan maka bencilah ia. “kemudian merekapun membencinya dan setelah itu kebencian baginya akan diletakan dibumi. (HR. Imam muslim)

Terdapat pula yang meriwayatkan kebencian pada seorang muslim yang melanggar syariat Allah 

“barangsiapa diantara kalian menampakan suatu keburukan, maka kamipun akan mengiranya berperilaku buruk, dan kami akan membencinya karena kejahatan itu “. (khutbah umar bin khatab)


Konsekuesi cinta dan benci karena Allah
1. Ketikita kita mengaku seorang muslim maka kita harus menstandarkan cinta dan bencinya karena Allah
2. Mencinta apa apa yang allah Ridho padanya dan membenci apa apa yang allah benci
3. Cinta dan benci pada Allah artinya kita ta’at sami’na wa ato’na 
4. Membenci karena Allah artinya kita membenci perbuatannya yang melanggar syariat Allah, bukan membenci orangnya karena fisiknya. Maka bencilah sewajarnya jika masih mampu untuk dinasehati dan kembali pada Allah rangkullah iya dengan cinta karena Allah. 
5. Mencintai karena Allah bukan berarti memaklumi setiap perbuatan maksiat yang dilakukan oleh saudara kita semuslim. 
6. Membenci karena Allah artinya kita mampu bertindak tegas pada para pelaku maksiat apalagi yang jelas kafir. 
7. Cinta dan benci karena Allah menjadikan kita bergerak untuk merubah sesuatu yang kita benci menuju CintaNYA. Artinya kita gerah hidup penuh dengan kekufuran dengan maksiat dimana-mana maka kita harus berdakwah memahamkan islam sebagai syariat allah yang harus ditaati sepenuhnya. Karena Allah adalah sang Kholiq dan mudabbir yang tau pasti apa yang terbaik untuk hambanya. 

Dengan demikian cinta karena Allah dan benci karena Allah termasuk sifat seorang muslim yang paling besar, yang mereka itu mengharap keridhaan Allah, rahmatNya, pertolonganNya, dan SyurgaNya


Pertanyaan Pertama:
Apakah dengan mencintai seorang laki2 karena ketakwaannya terhadap allah SWT termasuk mencintai karena allah SWT dan dengan sebaliknya apakah dengan kita melupakannya seorang laki2 karena allah SWT contohnya dengan meluruskan niat kita hanya kepada allah SWT bukan karena seorang laki2 apakah itu termasuk membenci karena allah SWT? Mohon penjelasannya ya kak...


Wa’alaikumsalam warrahmatullahi wabarokatuh 

jazakillah khoiron sholihah 


Mencintai seseorang itu fitrah namun apakah jalannya sesuai syariah atau malah bertentangan. 
Cintai seseorang karena keimanannya itu merupakan dasar cinta karena Allah tapi bukan berarti mencintai seseorang yang sholeh lalu kita menginginkannya dengan jalan maksiat (pacaran) dan itu sudah jelas hukumnya haram. Beda hal jika kita memilih laki laki sholeh untuk dijadikan sebagai suami, nah yang demikian namanya cinta karena Allah sehingga misi pernikahan menjadi misi akhirat goes to jannah. 

Membenci karena allah adalah membenci apa yang allah benci, dan itu merupakan salah satunya. Karena kalau belum siap nikah yah puasa dulu dari mencintai yang belum halal.

Pertanyaan Ke 2 :
Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokaatuh? 
Sebelumnya jazakillah khoiron katsiron untuk ilmu nya, sangat bermanfaat bagi kami. 
Ijin bertanya, terkait dengan cinta dan benci karena Allah swt. 
Sebagai manusia yang memang memiliki fitnah untuk mencintai dan di cintai, bagaimana seharusnya sikap kita terhadap cinta tersebut agar dapat dikatakan sebagai cinta karena - Nya? 
Sedangkan di sistem yang terikat dengan liberalisme dan sekulerisme ini, bagaimana cara kita membentengi hal tersebut

Syukron 🙏🏻

walamu'alaikum warohmatullahi wabarokaatuh

jazakillah khoiron sholihah 

cinta adalah fitrah dan pasti semua memiliki itu, untuk menyikapi gharizah nawu ini maka kita penting memahami cinta dan benci karena allah, karena iman yang menjadi landasan berbuat. 
Benar sekali hidup di era kapitalis dengan segudang isme isme lainnya seperti liberalism dan isme lainnya, membuat manusia, khususnya umat islam banyak menjadi jauh dari islam karena sibuk mengejar kesenangan dunia bahkan tak pandang halal haram yang penting hati senang. 

Untuk membentengi itu maka kita harus memiliki individu yang bertakwa pada allah, sehingga ia takut untuk melakukan maksiat bahkan berfikir untuk berbyuat maksiatpun ia jauhi. lingkungan masyarakat yang saling peduli dan memiliki pemikiran, perasaan dan aturan yang sama. Sebab saat ini masyarakat menjadi acuh terhadap lingkungan sekitar bahkan saudara sedarahpun tak dipedlikan, ketika kita dan masyarakat memiliki pemahaman yang sama terkait hokum Allah dan pelanggarannya maka akan timbul saling menasehati dan memberi sanksi seuai hokum Allah. Dan yang terakhir adalah Negara yang  harsu menerapkan hokum islam sebab Negara memiliki kekuatan terbesar untuk mengatur masyarakat. Seperti tidak melegalkan film beradegan seks, iklan –iklan, slogan, hiburan atau banyak hal yang meranmgsang cinta itu tumbuh dan tersalurkan bukan dengan jalan yang dibenarkan Allah. 
Maka dari itu penting mencintai karena Allah standar pemikiran, perasaan kita pada hukum islam.

Pertanyaan Ke 3:
Teh ciri2 mencintai karena Allah itu gmn sih? Aku mau tau apa yg aku rasain ini karena Allah apa bukn gtu🤭
Ciri lelaki yang pantas di jadikan imam seperti apa?
Kan aku suka sama Fulan ya teh, klo ganteng, ada yg lebih ganteng, klo pinter..ada yg lebih pinter dari dia, lebih Soleh? Ada juga di banding Fulan, tpi Ku suka nya Fulan, itu knp ya?
Terimakasih

Ciri-ciri mencintai karena allah 
1. Kita mencintainya karean keta’atannya pada Allah
2. Mencintai bukan berarti menerima setiap kekurangannya ketika itu terkait pelanggaran terhadap syariat
3. Cinta tidak emlulu soal mencintai lawan jenis tapi cinta kita pada sahabat, orang tua, keluarga, itu semua karena allah. Maka ketika kita mencintainya dan orang yang kita cintai berbuat maksiat hal yang harus kita lakukan adalah menasehatinya denganm ma’ruf dan mengajak pada jalan islam yang kaffah.
4. Maka jika cinta itu dengan lawan jenis cirinya dia tidak mengajak pada jalan maksiat meski judulnya pacaran islami atau berkedok ata’aruf. Kuncinya mencintai karena allah akan mendekatkan kita pada sang pemilik cinta. 
Krieria calon suami sama halnya seperti wanita yakni
Karena Agamanya, karena hartanya, atau karena ketampanannya. Dan jika tiada salah satunya. Maka pilihlah karena agamaya niscaya itulah yang akan membawakan pada [ernikahan sakinah mawadah wa rohmah yang bermisi jannah.

Pertanyaan Ke 4: bagaimana cara kita mencintai karena allah jika di lihat dari kutipan hadis yg menjelaskan manfaat dari kecintaannya allah the


Maksud dari kecintaan yang bermanfaat adalah 
1. Cintatapi cinta yang disertakan dengan pembuktian. Sepertio mengaku beriman pada allah tapi malah menggar syariat allah itu namanya omong kosong. Begitupun cinta pada hamba allah maka disunnahkan untuk mengungkapkan seperti ana uhibbuki fillah. Dan disunnakan untuk saling berbuat baik, memberi hadiah, berucap salam, dan saling mendoakan. 
2. Mencintai apa saja yang allah cintai, allah adalah sang kholiq tentu pencopta lebih hebat dari mahluknya. Maka allah jelas lebih tau apa yang terbaik untuk hambanya termasuk segla peraturan hidup yang allah tetapkan untuk diterapkan danlarangan yang harus dijauhi. Semua itu tentu memberi manfaat bukan hanya manusia, bahkan tumbuhan dan hewan serta alam semesta merasakan akan kebermanfaatannya tersebut.
3. Cinta pada seseorang yakni lawan jenis maka tempuh dengan jalan sesuai islam. Jika mampu menikah, jika tak mampu berpuasalah karena berpuasa merupakan perisai kita untuk mampu menundukan diri Dari segala yang haram.


Pertanyaan Ke 5 :
Assalamualaikum warahmatullah wabarokatuh
Izin bertanya ttg material kajol kita mlm ini tentang cinta Dan benci karena Allah kak,
Sy mau bertanya kak, kita tidak tau nasib kita kelak setelah kematian, Dan kita tdk tau pelabuhan terakhir kita neraka atau surga,sedangkan Rasulullah Dan para sahabatnya berada di surga tertinggi, nah seandinya kita masuk surga namun berbeda dari beliau²,apakah kita bisa bertemu juga dgn mereka sebab ketika di dunia kita mencintai mereka karena Allah Dan Rasulnya serta keimanan mereka.. Jazakillah khairan katsira atas kesempatannya ☺🙏🏻

Wa’alaikumsalam warrahmatullah 
Kita akan dikumpulkan dengan orang kita cinta itu haditsnya shohih, dan “seorang dating pada rosulullah dan berkata wahai rosulullah saw. Bagaimana pendapatmu tentang seorang yeng mencintai suatu kaum tapi tidak mampu menyusul amal; saleh mereka? Maka rosulullah saw bersabda “seseorang akan bersama orang yang dicintainya”

Syurga dan neraka bukanlah taqdir yang sudah allah tetapkan sejak kita berada dialam Rahim, tapi syurga dan neraka adalah hasil akhir dari perbuatan kita selama didunia artinya itu adalah pilihan kita. Jika kita menginginkan syurga maka tempuhlah jalan yang benar yang allah ridho atasnya. Dan sebaliknya neraka adalah tempat berpulangnya orang orang yang melanggar perintah serta larangan allah. 
So, yukl ngaji karena ketaatan para syara lahir dari pemahaman yang menyeluruh tentang islam dan sertakan doa agar allah enantiasa istiqomahkan sehingga ketika ajal menjemput insyallah husnul khotimah dan mampu menjadi ummat yang rosulullah rindukan untuk bertemu, aamiin. Mengingat mati adalah sebaik baik nasehat.

Kamis, 13 Februari 2020

STOP BUDAYA KUFUR VALENTINE DAY

             

Beberapa hari kedepan teman-teman semua pasti sudah tahu kan akan menjumpai event apa? Hampir seluruh dunia menganggapnya penting dan merayakannya. Event itu identik dengan romantisme, coklat, bunga, kartu ucapan dan sebagainya.

Yup! tidak lain adalah Valentine's Day atau banyak yang bilang hari kasih sayang

Oleh sebab itu, malam ini Kajian Online kita berjudul *“Stop Ikut Budaya Kufur! (Valentine's Day)”*

_Loh kak kok bisa bawa-bawa Valentine's day?_ _Bukannya bagus ya menyampaikan kasih sayang dan membuat bahagia orang yang kita sayangi? Jadi gak apa-apa dong ikut merayakannya._

Memang sih bagus, bagus banget malah, tapi... apakah kalian tahu apa itu Valentine's day? Bagaimana ia bisa muncul? Dan apa saja kerusakan yang mengiringi hari kasih sayang itu? Dan yang terpenting bagaimana pendapat Islam yang menjadi bagian dari identitas kita terkait hal tersebut?

 Untuk mengetahui jawaban itu semua, saya akan sedikit mereview terlebih dahulu masa lalu Valentine's day.

Sebenarnya ada banyak versi yang tersebar berkenaan dengan asal-usul Valentine’s Day.

 Namun, pada umumnya kebanyakan orang mengetahui tentang peristiwa sejarah yang dimulai ketika dahulu kala bangsa Romawi memperingati suatu hari besar setiap tanggal 15 Februari yang dinamakan Lupercalia.

Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari).

Dua hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love) Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda mengundi nama–nama gadis di dalam kotak.
Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan dijadikan obyek hiburan.

 Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan srigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur.

Ketika agama Kristen Katolik menjadi agama negara di Roma, penguasa Romawi dan para tokoh agama katolik Roma mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor.

Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I (The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity). Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (The World Book Encyclopedia 1998).(rumaysho.com)

Versi lainnya dari The Catholic Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine menuliskan ada 3 nama Valentine yang mati pada 14 Februari, seorang di antaranya dilukiskan sebagai yang mati pada masa Romawi.

Namun demikian tidak pernah ada penjelasan siapa “St. Valentine” yang dimaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengis

Versi lainnya dari The Catholic Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine menuliskan ada 3 nama Valentine yang mati pada 14 Februari, seorang di antaranya dilukiskan sebagai yang mati pada masa Romawi.

Namun demikian tidak pernah ada penjelasan siapa “St. Valentine” yang dimaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda.

Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II memerintahkan menangkap dan memenjarakan St. Valentine karena menyatakan Tuhannya adalah Isa Al-Masih dan menolak menyembah tuhan-tuhan orang Romawi. Orang-orang yang mendambakan doa St.Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.

Versi kedua menceritakan bahwa Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan daripada orang yang menikah. Kaisar lalu melarang para pemuda untuk menikah, namun St.Valentine melanggarnya dan diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga iapun ditangkap dan dihukum gantung pada 14 Februari 269 M (The World Book Encyclopedia, 1998).



Versi lainnya menceritakan bahwa sore hari sebelum Santo Valentinus akan gugur sebagai martir (mati sebagai pahlawan karena memperjuangkan kepercayaan), ia menulis sebuah pernyataan cinta kecil yang diberikannya kepada sipir penjaranya yang tertulis “Dari Valentinus mu”. (Sumber pembahasan di atas:http://id.wikipedia.org dan lain-lain) (rumaysho.com)

Baik, itulah beberapa versi sejarah tentang valentine's day yang paling populer.

Bisa kita lihat sendiri bukan bahwa asal muasal valentine day saja sudah tidak sesuai dengan akidah kita sebagai seorang muslim/muslimah.

 Tentunya karena valentine day itu penuh dengan paganisme dan kesyirikan karena ia berasal dari upacara keagamaan Romawi Kuno lalu seiring berjalannya waktu, akhirnya dirubah menjadi hari perayaan gereja dengan nama Saint Valentine’s Day atas inisiatif Paus Gelasius I.
Jadi acara valentine menjadi ritual agama Nashrani yang dirubah peringatannya menjadi tanggal 14 Februari, bertepatan dengan matinya St. Valentine. Dan Valentine's day bisa juga sebuah penghormatan kepada tokoh nasrani yang dianggap suci oleh mereka.

Lalu apa sih kerusakan hari valentine ini???
1. Merayakan Valentine's day berarti meniru orang kafir
Mungkin sudah berbusa mulut para ustadz/ustadzahnya mengingatkan untuk jangan meniru orang-orang kafir, mulai dari gaya berbusana, gaya bergaul, sampai gaya berfikir mereka yang sama sekali tidak merujuk kepada syariat Islam. Nah salah satunya merayakan budaya yang menjadi pembahasan kita saat ini nih. Yaitu ikut budaya merayakan Valentine's day
Kenapa seorang muslim/muslimah gak boleh? Karena...

Allah Ta’ala sendiri telah mencirikan sifat orang-orang beriman. Mereka adalah orang-orang yang tidak menghadiri ritual atau perayaan orang-orang musyrik dan ini berarti tidak boleh umat Islam merayakan perayaan agama lain semacam valentine. Semoga ayat berikut bisa menjadi renungan bagi kita semua.

Allah Ta’ala berfirman,

وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا

“Dan orang-orang yang tidak menyaksikan perbuatan zur, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” (QS. Al Furqon [25]: 72)

Ibnul Jauziy dalam Zaadul Masir mengatakan bahwa ada 8 pendapat mengenai makna kalimat “tidak menyaksikan perbuatan zur”, pendapat yang ada ini tidaklah saling bertentangan karena pendapat-pendapat tersebut hanya menyampaikan macam-macam perbuatan zur. Di antara pendapat yang ada mengatakan bahwa “tidak menyaksikan perbuatan zur” adalah tidak menghadiri perayaan orang musyrik. Inilah yang dikatakan oleh Ar Robi’ bin Anas.
Jadi, ayat di atas adalah pujian untuk orang yang tidak menghadiri perayaan orang musyrik.

 Jika tidak menghadiri perayaan tersebut adalah suatu hal yang terpuji, maka ini berarti melakukan perayaan tersebut adalah perbuatan yang sangat tercela dan termasuk ‘aib (Lihat Iqtidho’, 1/483).
 Jadi, merayakan Valentine’s Day bukanlah ciri orang beriman karena jelas-jelas hari tersebut bukanlah hari raya umat Islam.
Dari Rasulullah ﷺ bersabda :

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

إِنَّ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى لاَ يَصْبُغُونَ ، فَخَالِفُوهُمْ

“Sesungguhnya orang Yahudi dan Nashrani tidak mau merubah uban, maka selisihlah mereka.” (HR. Bukhari no. 3462 dan Muslim no. 2103)
Hadits ini menunjukkan kepada kita agar menyelisihi orang Yahudi dan Nashrani secara umum dan di antara bentuk menyelisihi mereka adalah dalam masalah uban. (Iqtidho’, 1/185)

Ucapan Selamat Berakibat Terjerumus Dalam Kesyirikan dan Maksiat

Ibnu Qayyim al-Jauziyah berkata, _“Memberikan ucapan selamat terhadap acara ritual orang kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut haram. Semisal memberi selamat atas hari raya dan puasa mereka, dengan mengucapkan, “Selamat hari raya!” dan sejenisnya._

Bagi yang mengucapkannya, kalau pun tidak sampai pada kekafiran, paling tidak itu merupakan perbuatan haram. Berarti ia telah memberi selamat atas perbuatan mereka yang menyekutukan Allah subhanahu wa ta’ala. Bahkan perbuatan tersebut lebih besar dosanya di sisi Allah subhanahu wa ta’ala dan lebih dimurkai dari pada memberi selamat atas perbuatan minum khamar atau membunuh.

*Syaikh Muhammad al-Utsaimin* ketika ditanya tentang Valentine's Day mengatakan, “Merayakan hari Valentine itu tidak boleh, karena alasan berikut:
*Pertama*; ia merupakan hari raya bid’ah yang tidak ada dasar hukumnya di dalam syari’at Islam.
*Kedua*; ia dapat menyebabkan hati sibuk dengan perkara-perkara rendahan seperti ini yang sangat bertentangan dengan petunjuk para salaf shalih (pendahulu kita) -semoga Allah meridhai mereka-. Maka tidak halal melakukan ritual hari raya, baik dalam bentuk makan-makan, minum-minum, berpakaian, saling tukar hadiah ataupun lainnya. (Buletin An-Nur)

3. Hari Kasih Sayang menjadi Hari Semangat Zina
Perayaan Valentine’s Day di masa sekarang ini mengalami pergeseran.
Kalau di masa Romawi, sangat terkait erat dengan dunia para dewa dan mitologi sesat, kemudian di masa Kristen dijadikan bagian dari simbol perayaan hari agama, maka di masa sekarang ini identik dengan pergaulan bebas muda-mudi. Mulai dari yang paling sederhana seperti pesta, kencan, bertukar hadiah hingga penghalalan praktek zina secara legal. Semua dengan mengatasnamakan semangat cinta kasih.

Padahal  Allah Ta’ala telah berfirman :

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isro’ [17]: 32)

Dalam Tafsir Jalalain dikatakan bahwa larangan dalam ayat ini lebih keras daripada perkataan ‘Janganlah melakukannya’. Artinya bahwa jika kita mendekati zina saja tidak boleh, apalagi sampai melakukan zina, jelas-jelas lebih terlarang.

Maka dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa sudah tidak ada alasan lagi bagi para mukmin mengikuti budaya kufur salah satunya merayakan Valentine's Day.

Kita sudah melihat dari sejarahnya, dari pandangan Islam, dan kalau teman-teman sering baca berita, mungkin teman-teman semua akan menemukan banyak sekali kasus-kasus yang dilakukan orang-orang khususnya remaja yang masih labil dalam merayakan Valentine's day ini.

 Dan parahnya lagi tidak sedikit dari mereka merupakan saudara seiman kita.
 Naudzubillahimindzalik

Hari biasa, sibuk. Hari libur, liburan. Trus kapan ngajinya?

بسم الله الرحمن الرحيم
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ ،َأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.، أَمَّا بَعْدُ؛
Apa kabar teman-teman sholihah yang dirahmati Allah? Semoga kita semua dalam keadaan sehat dan selalu dalam lindungan Allah subhanna waa ta'ala,
Shalawat serta salam selalu kita limpahkan kepada baginda nabi besar kita Muhammad shallahu 'alaihi wassalam, semoga kita bisa berjumpa dan mendapatkan syafa'at nya di akhirat kelak.
Jazakunallah khoiron katsiron untuk semua temen-temen yang sudah menyempatkan waktunya untuk menyimak disline malam ini, semoga Allah memberikan berkah, Rahmat dan selalu menjadikan waktunya bermanfaat.. aamiin Ya Rabb
.
Malam ini kita akan membahas dengan tema "Hari biasa Sibuk, hari libur Liburan. Kapan ngajinya?"
Kita pasti punya kesibukan masing-masing, jadwal masing-masing, bahkan saking sibuknya ada yang lupa makan, lupa sekitar dan bahkan lupa kewajiban kita sebagai seorang muslim.
Karna tuntuan dari sekolah, kampus atau tempat kerja. Dari pagi sampai sore bahkan ada yang sampai malam. Lalu kapan dong kita bisa menyiapkan bekal untuk akhirat? ☹
Yang dikejar dunia lagi dunia lagi. Tiap jamnya dunia, tiap harinya dunia, mau tidur pun dunia. 🥺
.
Teman-teman shalihah sekalian, sebagai seorang muslim menimba ilmu adalah suatu kewajiban bagi seluruh manusia yang masih bernafas. Baik mempelajari ilmu dunia maupun ilmu akhirat, keduanya adalah hal yang harus dilakukan untuk kemaslahatan kehidupan.
.
Ilmu dunia berarti akan berdampak pada dunia, ketika kita mempelajarinya. Dan ilmu akhirat akan berdampak pada akhirat nanti, ketika kita mempelajarinya. Namun dunia adalah dimana kita mencari bekal untuk di akhirat kelak.
.
Lantas apa yang harus di utamakan?
Akhirat adalah tempat terakhir dari tujuan kita. Surga atau neraka? Di akhiratlah kita di tentukan akan kemana.
Dan untuk menempuh semua itu, kita harus membekalinya. Ibarat kita mau ke bandung, mau menetap disana. Gak mungkin kan kita ke sana tanpa bekal yang cukup? Yang ada kita akan menjadi linglung dan gak tau harus kemana bahkan bisa saja menjadi gelandangan dadakan. Di akhiratpun ketika kita tak memiliki bekal cukup maka akan hanya ada penyesalan yang tanpa ujung. Bayangin penyesalannya tanpa ujung karna hidup di akhirat itu tidak ada ujungnya.
Sebagaimana ayat pertama yang Allah turunkan adalah "iqro" yaitu membaca, itu adalah bukti bahwa menuntut ilmu adalah penting. Bahkan pentingnya menuntut ilmu pun akan di pertanggung jawabkan di akhirat kelak. Allah SWT berfirman:
وَلَا تَقْفُ مَا لَـيْسَ لَـكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗ اِنَّ السَّمْعَ وَا لْبَصَرَ وَا لْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰٓئِكَ كَا نَ عَنْهُ مَسْئُوْلًا
"Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya."
(QS. Al-Isra' 17: Ayat 36)
Jadi untuk melakukan sesuatu kita perlu tau ilmunya. Nah yang jadi pertanyaan adalah bagaimana sikap kita dalam menuntut ilmu? Antusias kita dalam menuntut ilmu? Apa lagi ilmu agama, yang menjadi bekal dunia akhirat.
Tapi namanya kehidupan pasti banyak cobaan, dan salah satunya adalah cobaan sulitnya kaki melangkah untuk menuju majelis ilmu.
Entah memang karna tuntutan kesibukan, atau justru Allah tak mengijinkan kaki kita untuk melangkah ke majelis ilmu karna dosa dan maksiat yang masih kita lakukan.
Pas waktu libur, bilangnya nanti liburan dulu.
Giliran selesai liburannya, nanti lagi banyak tugas.
Kapan waktu ngajinya?
Giliran nyawa di ujung tenggorokan, baru menyesal dan minta di beri kesempatan satu kali lagi.
Nauzubillah, dan itulah orang orang yang merugi.
.
Sebagai seorang muslimah, kita memiliki peran besar dalam keberlangsungan kualitas generasi. Karna kita adalah madrasah pertama untuk anak anak kita nanti. Yang namanya madrasah identik dengan segudang ilmu yang bermanfaat.
Kalo madsrasahnya ogah-ogahan belajarnya, apa yang mau di kasih ke anak-anak nanti?
Seorang muslimah minimalnya paham dasar dasar akidah dan hukum-hukumnya. Itu minimal yah, masih banyak lagi ilmu agama yang berkaitan dengan dunia juga. contohnya bagaimana cara bermuamalah dengan baik, bagaimana cara berinteraksi sesama jenis dan lawan jenis. Kalo yang dasarnya saja tidak tau, lalu bagaimana dengan yang lainnya?
Apa gak malu kalo nanti anak-anak kita bertanya dan kita gak bisa menjawabnya, atau justru kita menjawabnya dengan ngawur. Nauzubillah
Manusia berbeda dengan makhluk Allah lainnya. Dimana manusia adalah makhluk yang satu satunya akan di adili di hari akhir kelak. Karna manusia diberikan akal untuk memilih jalan apa yang akan di pilihnya. Setiap pilihan manusia akan di mintai pertanggung jawabannya.
Dalam kitab Nizomul islam atau Peraturan hidup dalam islam pada halaman 32 bab qodo dan qodar
" Apabila kita mengamati seluruh perbuatan manusia, akan kita jumpai bahwa manusia itu hidup di dalam 2 area. Area pertama adalah _'area yang dikuasainya'_. Area ini berada di bawah kekuasaan manusia dan semua perbuatan/kejadian yang muncul berada dalam lingkup pilihannya sendiri. Sedangkan area kedua adalah _'area yang menguasainya'_ yaitu area yang menguasai manusia. Pada area ini terjadi perbuatan/kejadian yang tidak ada campur tangan manusia sedikitpun, baik perbuatan/kejadian itu berasal dari dirinya atau yang menimpanya.
Penjelasan di atas menegaskan bahwa, manusia memiliki kuasa penuh atas keputusan manusia untuk memilih apa yang akan di lakukan. Mengaji atau tidak itu adalah pilihan setiap manusia.
Namun hidayah tetap Allah yang berikan.
Sekali lagi di tegaskan bahwa manusia memiliki akal untu berfikir, mana yang baik dan mana tidak, mana yang prioritas dan mana yang tidak, semua pilihan itu berada di tangan kita serta semua pilihan itu akan di mintai pertanggung jawabannya.
Nah dari sini kita bisa simpulkan bahwa kita harus paham betul mana yang harus di prioritaskan. Jika memang waktu untuk sekolah/kuliah/kerja adalah kebutuhan duniawi, namun Allah memberikan kita sebanyak 7 hari dalam  1 pekan. Apakah dari 7 hari ini tidak ada waktu luang untuk mengkaji ilmu agama? Jadwal sekolah/kuliah/kerja tidak full selama 7 hari. Pasti ada hari libur dan hari senggangnya. Nah di hari itulah kita gunakan untuk mengaji, untuk mencharger keimanan, untuk membuat bekal akhirat kita nanti.
Tapi... kan kadang banyak tugas apa lagi untuk yang kuliah, belum lagi yang lagi skripsian. Kadang waktu makan saja lupa.
😊 Shalihah, ini lah bedanya kita dengan wanita-wanita lain. Seorang muslimah harus di tuntut menjadi cerdas, bukan hanya perihal akademis namun juga dalam memanajemen waktu.
Allah Subhanna Waa Ta'ala berfirman:
 اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَ نْفُسِهِمْ ۗ 
"...Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri..."
(QS. Ar-Ra'd 13: Ayat 11)
Maka dari itu, kita harus merubah pola rutinitas kita yang banyak leha-leha menjadi aktifitas yang bermanfaat. Jangan mau di sebut kaum rebahan. Yang dikit dikit selonjoran, dan ujung-ujungnya abay dalam kewajiban. Boleh hang out, tapi prioritaskan dahulu menuntut ilmu dan hak-hak Allah untuk kita penuhi.
Saya mengutip  kalimat dari seseorang:
"Karna Ibu adalah madrasah pertama untuk anak-anak kita kelak nantinya. Jadi gunakan waktu single kita untuk terus Mengupgrade diri dengan ilmu."
Semoga kita semua menjadi calon ibu yang siap mendidik anak-anak kita nanti untuk menjadi pejuang di jalan Allah
aamiin Yaa Rabbal A'alamin
Semua kebenaran hanya milik Allah, mohon maaf jika ada salah kata dalam penyampaian.
Wallahu 'alam bii showab 🙏🏻

Pertanyaan :
1. Antara ilmu dunia dan ilmu akhirat mana yang mesti di dahulukan?
Bagaimana jika seseorang lebih pro dengan ilmu akhirat
Contohnya akhirat 70% dunia 30%.
2. Bagaimana teh kalau semisal ada orang yg memang sangat memprioritaskan ilmu akhirat tetapi dia sangat memandang rendah atau menyepelekan ilmu dunia?bukankah tidak selamanya ilmu dunia hanya berorientasi pada dunia saja?misal, itu guna mengetahui serta memahami bagaimana kondisi ummat saat ini, sekian terimakasih.
Jawab :
1. Jika seseorang mendahulukan Allah maka bukan tidak mungkin dunia akan mendekat dengan mudah. Karna Allahlah yang memegang segala urusan dan kekuasaan yang ada di alam semesta.
Dunia ibaratkan jari yang di celupkan ke lautan. Maka tetesan dari jari itulah nikmat yang ada di dunia. Berbeda dengan akhirat yang sangat luas dan tak terbatas.
Seperti di materi sebelumnya bahwa dunia ini jembatan untuk menuju akhirat.

Jika kita lebih condong mendahulukan Allah, InsyaAllah dunia akan mengikutinya.
Maka dari itu segala urusan apapun harus kita sandarkan pada hukum syara. Lebih mengutamakan Ridho Allah daripada ridho Manusia.
Wallahu 'alam bii showab
2. Betul sekali, ilmu akhirat bukan berarti kita melupakan dunia atau malah memandang remeh dunia. Karna di dunia adalah jembatan kita untuk ke akhirat.
Dimana apa-apa yang kita lakukan di dunia akan berdampak pada akhirat.
Misalnya seorang fulan yang selalu di masjid, selalu membaca al-qur'an dan sholat 5 waktu yang masyaAllah tepat waktu. Namun si fulan ini lupa untuk memberi nafkah orang-orang yang di rumah. Misalnya istri, anak, atau bahkan ibu jika ayahnya sudah tiada.
Itu termasuk perbuatan dzolim, dan kedzoliman tentu akan berdampak pada akhirat. Semuanya akan di mintai pertanggung jawabannya.

Kalo yang abay seputar rumah tangga aja menjadi masalah besar, apa lagi yang abay dengan umat? Wah gak kebayang dong?
Karna setiap muslim kan dimintai pertanggung jawabannya tentang saudara-saudaranya. Siapa saudaranya? Yah umat... jadi mementingkan akhirat bukan berarti lupa dengan dunia. Namun, kita harus selalu bersandar pada hukum Allah. Apapun masalahnya kembali lagi pada al-qur'an dan as-sunnah
wallahu 'alam bii showab





Rabu, 29 Januari 2020

Hijabku, Identitasku


Menjadi seorang perempuan muslimah  tentu memiliki perbedaan dgn seorang perempuan non muslim, iya gak shalihah? muslimah memiliki ciri yang sangat dzhohir ketika berada di luar rumah demi menjaga auratnya dari laki-laki yg bukan mahromnya.
Meski  tidak sedikit orang yang mengolok-olok, bahwa dirinya so suci, cacian makian ia terima, dibilang seperti ibu-ibu ia terima dengan ikhlas meski awalnya ia sakit, tapi ia tetap bersabar...  Meski terik matahari membuat gerah badannya ia tetap memakai jilbabnya, karena apa shalihah?  Karena ia mempertahankan aqidahnya, demi Allahnya ridho kepadanya, demi mengharapkan keberkahan hidup dari Robbnya, demi ketenangan hati dan jiwanya,..
Meski beberapa hari yang lalu mendengar kabar dari mantan istri Gusdur, bahwa menutup aurat  itu tidak wajib, Tapi ia tetap menggunakan pakian syari'nya,...
Lalu apasih hukumnya menutup aurat?
Sebagai seorang muslim dan muslimah setiap perbuatannya pasti terikat hukum syara', dan setiap amalnya akan ada pertanggung jawaban di akhirat kelak...
Termasuk dalam hal berpakian islam sudah mengatur hal ini,
Laki2 saja Allah beri aturan bagaimana  berpakaian yang sesuai dengan syariat apalagi perempuan  yah ..

لا ينظر الرجل الى عورة الرجل ولا المراة الى عورة المراة

 “Janganlah seorang laki-laki melihat aurat laki-laki, jangan pula seorang wanita melihat aurat wanita lainnya” (HR.Muslim)

Batasan aurat wanita didasarkan pada firman Allah SWT pada ayat berikut,..

وقل للمؤمنات يغضضن من ابصارهن ويحفظن فروجهن ولا يبدين زينتهن الا ما ظهر منها

“Katakanlah kepada wanita yang beriman "Hendaklah mereka menahan pandangan mereka dan menjaga kemaluan mereka. Jaganlah mereka menampakan perhiasan mereka kecuali yang  (biasa) nampak pada diri mereka... “(QS. An-Nur:31)

Ibnu Abbas ra. menyatakan yang dimaksud dengan ilaa maa dzhoharo minha dalam ayat di atas adalah muka dan telapak tangan. "Pendapat yang paling kuat dalam masalah ini adalah pendapat yang menyatakan bahwa sesuatu yang biasa tampak  (pada wanita) adalah muka dan telapak tangan."  (Imam at-Thabrani,jami' al-bayan fi Tafsir al-Qur'an,XVIII/94)
Kita tekankan disini ya shalihah bahwasanya khimar ( kerudung ) dan jilbab ( gamis ) berbeda

Simak penjelasannya..
Wanita muslimah wajib berjilbab dan berkerudung berlaku manakala keluar dari rumah menuju kehidupan umum. Jilbab berbedai dengan kerudung (khimar)
Kewajiban mengenakan khimar didasarkan pada QS. An-Nur ayat 31
"Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. *Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya* dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka mengentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung."
Menurut imam Ibnu Mandzur di dalam kitab lisan al-'arab: Al-khima lu almar'ah: an-nashif ( khimar bagi perempuan adalah penutup kepala).
Menurut imam Ali ash-Shabuni, khimar  (kerudung) adalah ghitha' ar-rasi 'ala shudur ( penutuo kepala hingga mencapai dada) agar leher dan dadanya tidak tampak.
Adapun kewajiban berjilbab bagi Muslimah ditetapkan berdasarkan firman Allah SWT.

يا ايها النبي قل لازواجك وبناتك ونساء المؤمنين يدنين عليهن من جلابيبهنن

"Hai Nabi, Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri kaum Mukmin, Hendaklah mereka mengulurkan jilbab mereka ke seluruh tubuh mereka...." (Q.S Al-Ahzab ayat 59)

Di dalam kamus Al-Muhith dinyatakan, jilbab itu seperti sitdab (terowongan) atau sinmar (lorong),yakni baju atau pakian longgar bagi wanita selain baju kurung atau kain apa saja yang dapat menutup  pakaian kesehariannya seperti halnya baju kurung.
Dalam kamus Ash -Shahhah, al-jauhari mengatakan "jilbab adalah kain panjang dan longgar (milhafah) yang sering disebut dengan mula'ah (baju kurung/gamis).""
Kewajiban berjilbab bagi muslimah ini juga diperkuat oleh riwayat ummu 'Attiyah yang berkata  : pada dua  hari raya kami diperintahkan untuk mengeluarkan wanita2 haidh dan gadis- gadis pingitan untuk menghadiri jama'ah kaum muslim dan do'a mereka, namun wanita haid harus menjauhi tempat shalat mereka. Seorang wanita bertanya,"Wahai Rasulullah, seorang wanita diantara kami tidak memiliki jilbab, (bolehkah dia keluar)? Lalu Rasul SAW bersabda "Hendaklah kawannya meminjamkan jilbabnya untuk dipakai wanita teesebut." (HR. Al-Bukhori Muslim)

Tanya jawab
Pertanyaan :
 Jadi gini ka, saya punya temen dia sudah bercadar pakaiannya panjang jilbab panjang. Tapi dia tuh dkt banget sama cowo sampe foto selfie aja dempetan gitu pegang ke tangan si cowo tp ga bersentuh kulit ada pembatas baju. Ya walaupun ga sentuhan kemana-mana berdua dan selalu berbaur dgn cowok. Mereka ga pacaran cuma gayanya macem pacaran. Kita sebagai yg melihat si cewek itu pasti diliat dari cara dia berpakaian dong, bercadar tp kelakuan seperti itu. Dan pastinya yg di salahkan selalu jilbabnya 'jilbab aja panjang tp kelakuan ga sesuai mending lepas aja jilbabnya gausa cadaran juga'. Nah kita sebagai yg berkomentar seperti apa dan cara menasehati si cewek bercadar ini seperti apa. Itu udh masuk zinah dan khalwat si. Cuma saya ga suka klo ada komentar yg menyalahkan jilbabnya. Terimakasii kaa
Jawab :
 Jangan salahkan islamnya,salahkan orangnya dengan cara kita sbgai temannya mengingatkan, menasehatinya, bagaimanapun jilbabnya yang panjang itu sesuai hukum syara, tp itulah dy masih belum bisa meninggalkan pacaran, meski dy ndk pacaran tp tetap,yg namanya pacaran berdua-duaan, bermesra-mesraan selalu berdeket-deketan,itu namanya islamnya belum kaffah/sempurna, Maka tidak akan ada ketenangan jiwa dalam hidupnya karena melanggar hukum Allah
Pertanyaan :
Untuk batasan menutup aurat dirumah itu bagaimana ya ukh? Seperti ini maksudnya, tidak sedikit ya ukh wanita yang menyepelekan tidak menutup aurat ya minimal khimar lah ketika berada di teras rumah, atau tidak mengenakan khimar di tempat yang emang sepi tapi ya si tempat tsb terbuka. Misal, kan ada ya rumah yang posisi untuk menjemur itu di belakang dan emang sengaja ditempat untuk menjemur itu tidak diberi atap, ketika sedag menjemur/berada disitu tidak mengenakan khimar. Apa ini salah? Karena kan Allah melihat walaupun tidak ada ajnabi yang melihat.
Jawab :
satu langkah saja perempuan langkahkan kaki dr pintu rumah untuk keluar,baik itu menjemur ke belaknag rumah,mau pergi k warung yg rumahnya dekat, tetap saja perempuan harus menutup aurat yg sesuai dgn tuntunan qur'an dan hadits...





Minggu, 19 Januari 2020

Bukan sekedar Hijrah, tapi Istiqomah




           Bulan awal di tahun baru Masehi, biasanya banyak dari kita yang sibuk untuk menyusun dan menata kembali resolusi untuk satu tahun full.  Tapi, apakah resolusi ini wajib ? Ya, tentu. Karna, biasanya ketika ada planning tentu ada target yang akan di capai. Akan tetapi, bagaimana kita bisa menentukan target tsb ? Jika goals kita Surga, tentu hal-hal ketaatan yg bernilai ibadah akan terus kita raih dalam bagaimana pun keadaannya. Sadar akan hidayah yang Allah berikan sehingga merasa senang menyambutnya. Apakah itu kita ? Semoga demikian.Banyak dari kita entah itu dari kalangan awam sampai kalangan selebritis yang menjemput hidayah Allah, Ketika hidayah (petunjuk) Allah datang untuk kita, jangan pernah diabaikan dan di sia-siakan. Moment hijrah sekarang tentu tidak lagi asing terdengar, Allah beri kesempatan untuk bisa menikmati manisnya iman.
         Umar bin al-Khaththab ra. pernah berpesan, “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab (di akhirat).” Artinya, di dunia ini, sekaranglah waktu kita menghisab diri. Di mana posisi kita antara dosa dan pahala, antara kemaksiatan dan ketataan, antara neraka dan surga? Di mana posisi kita terhadap Islam dan syariahnya, juga di tengah umat Islam? Sejauh mana berbagai larangan Allah SWT telah ditinggalkan? Sejauh mana perintah-Nya telah dikerjakan? Muhasabah atau introspeksi diri ini penting dilakukan terus-menerus. Tentu agar setiap dari kita bisa memperbaiki diri atau ber-“hijrah”. Hijrah secara bahasa adalah berpindah dari sesuatu ke sesuatu yang lain atau meninggalkan sesuatu menuju sesuatu yang lain. Jadi hijrah itu identik dengan perubahan. Tentu perubahan ke arah yang baik.
         Ibnu Rajab al-Hanbali dalam Fath al-Bârî menjelaskan, asal dari hijrah adalah meninggalkan dan menjauhi keburukan untuk mencari, mencintai dan mendapatkan kebaikan. Hijrah itu terjadi karena adanya kesadaran tentang perlunya perubahan dari keadaan yang sedang eksis ke keadaan baru yang ingin diwujudkan. Kesadaran itu tentu muncul karena adanya muhasabah atau instrospeksi diri. Karena itu muhasabah atau introspeksi diri menjadi sangat penting.
Pertama-tama yang perlu dilakukan adalah meninggalkan apa yang wajib ditinggalkan, yakni apa saja yang dilarang oleh Allah SWT. Inilah hijrah yang bisa dilakukan kapan saja.
Rasul shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ

Seorang Muslim adalah orang yang menjadikan kaum Muslim selamat dari lisan dan tangannya. Seorang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan apa saja yang Allah larang atas dirinya. (HR al-Bukhari, Abu Dawud, an-Nasai, Ahmad, Ibnu Hibban dan al-Humaidi).

Meninggalkan apa saja yang Allah larang tidak menuntut kemampuan. Ini berbeda dengan melakukan apa yang Allah perintahkan, yang menuntut kemampuan maksimal. Rasul shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

فَإِذَا نَهَيْتُكُمْ عَنِ الشَّيْءِ فَاجْتَنِبُوهُ، وَإِذَا أَمَرْتُكُمْ بِالشَّيْءِ فَائْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ

Jika aku melarang kalian dari sesuatu maka tinggalkanlah dan jika aku memerintahkan sesuatu maka lakukanlah sesuai batas kemampuan kalian. (HR Ahmad, al-Bukhari, dan Muslim).
Selain dilakukan berdasarkan kemampuan secara maksimal, perintah Allah harus segera ditunaikan. 

Allah SWT berfirman:

فَفِرُّوا إِلَى اللَّهِ ۖ إِنِّي لَكُمْ مِنْهُ نَذِيرٌ مُبِينٌ

Bersegeralah kembali kepada Allah. Sungguh aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untuk kalian. (TQS adz-Dzariyat [51]: 50).

            Abu Ishaq ats-Tsa’labi dalam tafsirnya, Al-Kasyfu wa al-Bayân ‘an Tafsîr al-Qur’ân, menjelaskan, frasa “Fafirrû ilâlLâh” bermakna: Larilah dari azab Allah menuju pahala-Nya dengan iman dan menjauhi kemaksiatan. Ibnu Abbas berkata: Larilah menuju Allah dan beramallah dengan menaati-Nya.”
Dengan demikian setiap Muslim harus segera berhenti dari apa yang Allah larang dan meninggalkannya, sekaligus segera menjalankan berbagai ketaatan kepada-Nya. Dengan dua spirit ini, setiap Muslim akan menjadi sosok yang makin taat. Ketaatannya juga makin total, makin menyeluruh, makin kâffah.
         Orang yang “hijrah” itu tidak menyukai apa saja yang menyalahi Islam dan syariatnya. Sebaliknya, dia makin senang kepada Islam dan syariatnya. Dia pun makin merindukan kehidupan islami; kehidupan yang diatur sesuai dengan Islam dan syariatnya.
Alhasil, secara individual seorang Muslim tak boleh berhenti ber-“hijrah”. Tak boleh berhenti berubah ke arah yang lebih baik sesuai tuntutan syariah, menuju totalitas berislam dan melaksanakan syariahnya secara kâffah. Hal yang sama juga perlu dilakukan oleh kaum Muslim secara keseluruhan. Kita perlu melakukan muhasabah/interospeksi atas keadaan umat Islam hari ini. Kita perlu merenungkan bagaimana keadaan umat Islam. Bagaimana pula keadaan seharusnya yang dikehendaki oleh Islam. Selanjutnya kita perlu menyiapkan tidak lanjut atas hasil muhasabah itu.
Allah SWT telah menyifati umat Islam sebagai khairu ummah (umat terbaik), sebagaimana firman-Nya:
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ

Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia; melakukan amar makruf nahi munkar dan mengimani Allah. (TQS Ali Imran [3]: 110).

           Sifat sebagai umat terbaik ini tidak hanya berlaku pada kaum Muslim masa Rasul shallallahu’alaihi wasallam saja, melainkan berlaku untuk umat beliau sampai kapan pun.
Secara umum karakteristik umat terbaik itu adalah mengimani Allah, melakukan amar makruf nahi mungkar, mengikuti sunah Rasul saw. dan melaksanakan syariah. Dengan demikian kesempurnaan sifat khairu ummah itu terwujud ketika umat Islam beriman dan bertakwa. Ketakwaan mereka harus tampak dalam kehidupan mereka, termasuk dalam pengelolaan kehidupan masyarakat dalam segala aspeknya, dengan syariat Islam.

Karena itu perubahan atau “hijrah” harus dilakukan bukan hanya pada tataran individu, tetapi juga pada tataran masyarakat, yakni perubahan menuju ketaatan kepada Allah SWT secara total.
Ketaatan total kepada Allah SWT diwujudkan dengan penerapan syariah Islam kaffah di dalam seluruh aspek kehidupan. Ini menjadi tanggung jawab seluruh komponen umat Islam.

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ اللَّهِ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Sungguh orang-orang yang beriman, berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itulah yang benar-benar mengharapkan rahmat Allah. Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.”(TQS al-Baqarah [2]: 218).

Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ﻭَﺍﻟْﻤُﻬَﺎﺟِﺮُ ﻣَﻦْ ﻫَﺠَﺮَ ﻣَﺎ ﻧَﻬَﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻨْﻪ
Dan Al-Muhaajir (orang yang berhijrah) adalah orang yang meninggalkan larangan Allah”. [1]

Sangat membuat kita sedih, ketika ada sebagian saudara kita yang “hijrahnya gagal” yaitu tidak istiqamah di atas jalan-Nya, kembali lagi ke dunia kelamnya yang dahulu dan kembali melanggar larangan Allah.
 Berikut kiat-kiat atau tips agar “hijrah istiqamah" 
1.  Berniat ikhlas ketika hijrah

Hijrah bukan karena tendensi dunia atau kepentingan dunia tetapi ikhlas karena Allah. Seseorang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkannya dan sesuai dengan niat hijrahnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺍْﻷَﻋْﻤَﺎﻝُ ﺑِﺎﻟﻨِّﻴَّﺎﺕِ ﻭَﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻟِﻜُﻞِّ ﺍﻣْﺮِﺉٍ ﻣَﺎ ﻧَﻮَﻯ . ﻓَﻤَﻦْ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﻫِﺠْﺮَﺗُﻪُ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟِﻪِ ﻓَﻬِﺠْﺮَﺗُﻪُ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟِﻪِ، ﻭَﻣَﻦْ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﻫِﺠْﺮَﺗُﻪُ ﻟِﺪُﻧْﻴَﺎ ﻳُﺼِﻴْﺒُﻬَﺎ ﺃَﻭْ ﺍﻣْﺮَﺃَﺓٍ ﻳَﻨْﻜِﺤُﻬَﺎ ﻓَﻬِﺠْﺮَﺗُﻪُ ﺇِﻟَﻰ ﻣَﺎ ﻫَﺎﺟَﺮَ ﺇِﻟَﻴْﻪِ

Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan. Maka barangsiapa hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya. Dan barangsiapa hijrahnya karena dunia yang ingin ia dapatkan atau mendapatkan wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya kepada apa yang ia inginkan itu.

2. Segera mencari lingkungan yang baik dan sahabat yang shalih
Ini adalah salah satu kunci utama sukses hijrah, yaitu memiliki teman dan sahabat yang membantu untuk dekat kepada Allah dan saling menasehati serta saling mengingatkan. Hendaknya kita selalu berkumpul bersama sahabat yang shalih dan baik akhlaknya.

Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (jujur)” (QS. At-Taubah: 119).

Agama seseorang itu sebagaimana agama teman dan sahabatnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ ، وَكِيرِ الْحَدَّادِ ، لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ ، أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ ، وَكِيرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً

“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang shalih dan orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.

Perlu diperhatikan bahwa hati manusia lemah, apalagi ketika sendiri. Perlu dukungan, saling menasehati antar sesama. Selevel Nabi Musa ‘alaihissalam saja memohon kepada Allah agar mempunyai teman seperjuangan yang bisa membantunya dan membenarkan perkataannya, yaitu Nabi Harun ‘alaihissalam. Beliau berkata dalam Al-Quran,
وَأَخِي هَارُونُ هُوَ أَفْصَحُ مِنِّي لِسَاناً فَأَرْسِلْهُ مَعِيَ رِدْءاً يُصَدِّقُنِي إِنِّي أَخَافُ أَن يُكَذِّبُونِ
Dan saudaraku Harun dia lebih fasih lidahnya daripadaku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan)ku; sesungguhnya aku khawatir mereka akan mendustakanku” (QS. Al-Qashash: 34).
Mereka yang “masih berjuang untuk hijrah” bisa jadi disebabkan karena masih sering berkumpul dan bersahabat dekat dengan teman-teman yang banyak melanggar larangan Allah.

3. Menguatkan fondasi dasar tauhid dan akidah yang kuat dengan mengilmui dan memahami makna syahadat dengan baik dan benar
Syahadat adalah dasar dalam agama. Kalimat ini tidak sekedar diucapkan akan tetapi kalimat ini mengandung makna yang sangat mendalam dan perlu dipelajari lebih mendalam. Allah menjelaskan dalam Al-Quran bahwa kalimat syahadat akan meneguhkan seorang muslim untuk kehidupan dunia dan akhirat jika benar-benar mengilmui dan mengamalkannya.

Allah Ta’ala berfirman,
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang lalim dan Allah memperbuat apa yang Dia kehendaki” (QS. Ibrahim: 27).

4. Mempelajari Al-Quran dan as-sunah serta mengamalkannya, dikuatkan dengan mengkaji Islam
Mengkaji Islam secara menyeluruh adalah salah satu kunci agar kita terus terhubung dengan Allah. Ketika kita menuntut ilmu agama-Nya, mempelajari lebih dalam, maka insyaallah hati kita akan diteguhkan dan dikuatkan agar tidak kembali mundur ke belakang.
Tentu saja, karena Al-Quran adalah petunjuk bagi kehidupan di dunia agar selamat dunia dan akhirat. Sebagaimana seseorang yang hendak pergi ke suatu tempat, tentu perlu petunjuk dan arahan berupa peta dan penunjuk jalan semisalnya. Jika tidak menggunakan peta dan tidak ada orang yang memberi petunjuk, tentu akan tersesat dan tidak akan sampai ke tempat tujuan. Apalagi ternyata ia tidak tahu bagaimana cara membaca peta, tidak tahu cara menggunakan petunjuk yang ada serta tidak ada penunjuk jalan, tentu tidak akan sampai dan selamat.
Allah menurunkan Al-Quran untuk meneguhkan hati orang yang beriman dan sebagai petunjuk. Membacanya juga dapat memberikan kekuatan serta kemudahan dalam beramal shalih dan berakhlak mulia dengan izin Allah Ta’ala.

Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ نَزَّلَهُ رُوحُ الْقُدُسِ مِنْ رَبِّكَ بِالْحَقِّ لِيُثَبِّتَ الَّذِينَ آمَنُوا وَهُدًى وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ
“Katakanlah: ‘Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al-Quran itu dari Rabbmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)’” (QS. An-Nahl: 102).

5. Berusaha tetap terus beramal walaupun perlahan (sedikit)
Ini adalah kuncinya, yaitu tetap beramal sebagai buah ilmu. Amal adalah tujuan kita berilmu, bukan sekedar wawasan saja, karenanya kita diperintahkan tetap terus beramal meskipun sedikit dan ini adalah hal yang paling dicintai oleh Allah.

Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda,
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
“Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.”
Beramal yang banyak dan terlalu semangat juga kurang baik, apalagi tanpa ada ilmu di dalam amal tersebut, sehingga nampakanya seperti semangat di awal saja tetapi setelahnya kendur bahkan sudah tidak beramal lagi.

6. Sering berdoa dan memohon keistiqomahan dan keikhlasan
Tentunya tidak lupa kita berdoa agar bisa tetap istiqamah beramal dan beribadah sampai menemui kematian

Allah Ta’ala berfirman,
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu al-yaqin (yakni ajal)” (QS. Al-Hijr: 99).
Doa berikut  ini sebaiknya sering kita ucapkan dan sudah selayaknya kita hafalkan.

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
‘Rabbanaa Laa Tuzigh Quluubanaa Ba’da Idz Hadaitanaa wa Hab Lanaa Min-Ladunka Rahmatan, innaka Antal-Wahhaab
“Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Dzat yang Maha Pemberi (karunia)” (QS. Ali Imran: 8).

Dan doa ini,
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
‘Ya Muqallibal Quluubi Tsabbit Qalbiy ‘Alaa Diinika’.
“Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.”

Pertanyaan dan jawaban
1. Pertanyaan : apa tanda nya kalo hijrah kita di terima Allah..
Jawaban : Berhijrah adalah berpindah nya suatu hal dari keburukan menuju kebaikan, dari kemaksiatan menuju ketaatan. Tidak ada satu orang pun yang tau, apakah amalan baik (hijrah) kita di terima atau tidaknya, karna semua itu hanyalah Allah yang Maha Tahu. Namun, kembali lagi bahwasanya kita tahu Allah adalah Maha penerima taubat hamba-Nya. Dengan catatan jika kita bersungguh-sungguh dalam taat (hijrah). Kembali introfeksi (muhasabah) diri, apakah kita sudah totalitas meninggalkan hal2 kemaksiatan dan larangan yang telah Allah tetapkan ?
Jika sudah, insyaallah Allah akan menerima taubat, meneguhkan hati kita di jalan-Nya, dan diterima nya amalan hijrah lillah tsb. Aamiin
2. Pertanyaan : gini kak, tadi ada kiat-kiat hijrah salah satunya mencari lingkungan yg baik dan sahabat yg shalihah​, nah saya ini hidup diantara keluarga besar yg semuanya belum menerapkan syariat secara baik dan itu menjadi salah satu penyebab kefuturan hijrah saya..
Pertanyaan nya adalah dengan lingkungan yg kurang mendukung tsb adakah cara lain agar saya bisa tetap Istiqomah?
Jawaban : Sudahkah berdoa dan mendapatkan sahabat yang Sholihah ? 😊 Sahabat yang mampu mendukung proses hijrah mu ? Sahabat yang sudah satu frekuensi dalam ketaatan ? Yang terus mengingatkan jika kita melakukan kemaksiatan ?
Maka sahabat itulah yang menjadi lingkungan terbaik kita. Terus pegang erat 🤝 jangan pernah abai dan di sia-siakan. Bisa jadi, itu adalah sahabat yang Allah titipkan untuk kita selalu taat dan sukses Hijrah. Jika Keluarga yang belum (menyeluruh) menerapkan syariat, maka itu adalah bagian dari tugas kita. Banyak dari kita, keluarga yang kontra dengan jalan yang kita putuskan (hijrah), namun.. teruslah berdoa, karna Allah lah satu-satunya pemilik setiap hati manusia. Mulailah kamu berdiskusi ringan (sekedar sharing) dengan keluarga terutama ortu mu, tapi bukan bermaksud "menggurui". Karna dengan begitu, insyaallah perlahan demi perlahan Allah luluhkan hati keluarga kita sehingga mampu sama2 di jalan-Nya.
3. Pertanyaan : Bagaimana cara kita untuk tetap berusaha menguatkan iman, terkadang iman ada naik dan turunnya.
Jawbaban : Futur atau lemah nya iman, biasanya disebabkan kita kurangnya kegiatan mendekatkan diri kpd Allah. Biasanya, kegiatan yang tidak kita sertai dengan "dzikrullah" maka, itu akan sangat mudah mendapati kefuturan.
Teruslah berusaha mencari kegiatan dalam ketaatan. Contohnya, berkumpul dengan sahabat Sholihah, mengkaji Islam, membaca buku, mendengarkan kajian Islam, dll

 Semoga  Hijrahnya tetap Istiqomah ya dears...


          

Rabu, 27 November 2019

Dengan Qana'ah Hidup Tiada Susah

Qanaah ialah sikap rela menerima atau merasa cukup dengan apa yang didapat serta menjauhkan diri dari sifat tidak puas dan merasa kekurangan yang berlebih-lebihan. Qanaah muncul dalam kehidupan seseorang berupa sikap rela menerima keputusan Allah Swt. yang berlaku bagi dirinya. Sikap ini muncul bukan dari sikap pasif menunggu tanpa berbuat yang terbaik. 

Sikap ini muncul dari keyakinan yang kuat kepada Allah Swt. setelah berusaha sebaik mungkin. Orang yang memiliki sikap qanaah sadar bahwa untuk mencapai suatu keinginan, harus dilakukan dengan usaha. Usaha yang dilakukan pun bukan sekadar berusaha tanpa perencanaan dan kesungguhan. Ketika hasil dari usaha tersebut belum sesuai dengan keinginan, orang yang qanaah menerimanya dengan ikhlas, rida, dan lapang dada. Misalnya, ketika menghadapi ulangan kalian telah belajar sungguh-sungguh dan berdoa serta bertawakal kepada Allah Swt. Akan tetapi, hasil ulangan tersebut tidak sesuai dengan keinginan. Kita harus menerimanya dengan ikhlas. 
Sikap qanaah terkait erat dengan sikap syukur kepada Allah Swt. Perbedaannya sikap qanaah lebih menekankan rasa rela menerima ketentuan Allah swt, sementara syukur lebih menekankan rasa terima kasih dan harapan kepada Allah Swt. Kedua sikap ini berjalan beriringan dalam setiap kejadian.
Qonaah adalah menerima segala apapun perintah Allah. Bukan karena apa yang kita nimati tapi karena siapa yang memberi sehingga muncul rasa syukur. Namun kebanyakan manusia merasa   tidak cukup, tidak puas karena yang mereka jadikan sebagai sumber kebahagiaan adalah materi yang mereka nikmati sehingga selalu merasa kurang terhadap apa yang allah berikan.  Sumber kebahagiaan yang mereka jadikan adalah materi sehingga pencapaian dalam materi tak akan ada ujungnya. Ternyata kekayaan, kenyaman hidup dan kemewahan tak menjamin kebahagiaan seseorang, buktinya banyak manusia yang merasa stress padahal ia serba cukup bahkan berlebih dan ujung dari ketidakpuasan, banyak diantara mereka yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. 
Dasar hukum Qanaah seperti yang sudah disebutkan dalam alquran surat Al-Baqoroh ayat 155 yang artinya:
“Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berrita gembira kepada orang-orang yang sabar”.
Dasar hukum yang ketiga diriwayatkan dari Bukhari-Muslim.

لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ

“Bukanlah kekayaan itu lantaran banyak harta, akan tetapi kekayaan itu adalah kekayaan jiwa.” (HR. Bukhari-Muslim).

Sifat qonaah yakni merasa cukup terhadap apa apa yang Allah berikan sehingga menggiringnya pada rasa syukur dengan semakin mendekatkan diri pada Allah. Jangan bersedih jika kau tak mendapatkan dunia sebab dunia ini hanyalah setetes  jadi yang tidak kau dapatkan itu hanyalah setetes dan jangan bahagia jika kau mendapatkan dunia sebab yang kau dapatkan hanyalah setets. 
Letakan dunia ditanganmu, sehingga senikmat apapun dunia kamu mudah untuk melepaskannya. Dan letakkan akhirat dihatimu, sehingga bagaimanapun ujiannya ia tetap akan bersifat qonaah dan tetap kuat menghujam meski berbagai cobaan mendera. Ia akan menjadikan dunia tempat singgahnya untuk mencari bekal akhirat dan selalu Allah yang dijadikan tujuan hidupnya. 

Orang yang qana’ah adalah hamba yang beruntung di dunia, lebih-lebih di akhirat. Tidak hasad dan tamak dengan nikmat Allah Taala yang diberikan kepada orang lain akan melahirkan perasaan syukur. Justru dengan qanaah, beban hatinya terasa ringan karena betapa banyak orang yang diuji dengan kelimpahan harta dan segala fasilitas hidup serba mewah, namun tak sedikit di antara mereka tergelincir menjadi orang yang rakus. Bukankah kekayaan atau kebahagiaan hati hanya akan dirasakan seorang mukmin yang merasa puas dan bersyukur dengan segala takdir-Nya, baik dalam keadaan suka maupun duka. Dan berlebih-lebihan dalam memburu dunia akan membuat hatinya gundah lantaran sering kali manusia gagal dalam menggapai fatamorgana. Dengan qanaah, niscaya manusia merasakan manisnya iman dan tak melalaikan akhirat, negeri sesungguhnya yang diimpikan orang-orang beriman.

Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِي سِرْبِهِ، مُعَافًى فِي جَسَدِهِ، عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ، فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا

“Barangsiapa yang merasa aman atas keluarganya, sehat badannya, ada sesuatu yang dimakan pada harinya maka seakan-akan dunia menjadi miliknya.” (HR. At Tirmidzi no. 2346)
Sungguh indah apa yang dikatakan oleh Abu Farras al-Hamdani: Kekayaan sejati adalah kekayaan akan diri sendiri. Meski kosong tanpa pangkat dan jabatan. Tiada sesuatu di atas kesederhanaan yang dianggap cukup. Namun, bila kamu berpuas diri, maka semuanya menjadi cukup. (Diwan Abi Farras, hlm. 223)

Manfaat dari sifat Qonaah 
1. Mendapatkan dunia seluruhnya
Dari ’Ubaidillah bin Mihshan Al-Anshary radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِى سِرْبِهِ مُعَافًى فِى جَسَدِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا

“Barangsiapa di antara kalian mendapatkan rasa aman di rumahnya (pada diri, keluarga dan masyarakatnya), diberikan kesehatan badan, dan memiliki makanan pokok pada hari itu di rumahnya, maka seakan-akan dunia telah terkumpul pada dirinya.” (HR. Tirmidzi, no. 2346; Ibnu Majah, no. 4141. Abu ’Isa mengatakan bahwa hadits ini hasan gharib).

2. Menjadi orang yang beruntung
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ وَرُزِقَ كَفَافًا وَقَنَّعَهُ اللَّهُ بِمَا آتَاهُ

“Sungguh sangat beruntung orang yang telah masuk Islam, diberikan rizki yang cukup dan Allah mengaruniakannya sifat qana’ah (merasa puas) dengan apa yang diberikan kepadanya.” (HR. Muslim, no. 1054).

3- Mudah bersyukur
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ

“Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini). Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” (HR. Muslim, no. 2963).

4. Menjauhkan diri dari hasad (iri, cemburu pada nikmat orang lain)
Kenapa harus cemburu pada orang kalau kita sendiri sudah merasa cukup dengan nikmat yang Allah beri?
Merasa tidak suka terhadap nikmat yang ada pada orang lain, sudah disebut hasad oleh Ibnu Taimiyyah, walau tidak menginginkan nikmat tersebut hilang. Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, “Hasad adalah membenci dan tidak suka terhadap keadaan baik yang ada pada orang yang menjadi sasaran hasad.” (Majmu’ah Al-Fatawa, 10:111). Adapun menurut kebanyakan ulama, hasad adalah menginginkan suatu nikmat orang lain itu hilang. (Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyyah, 17:269)


5- Mengatasi berbagai problema hidup seperti berutang
Karena kalau seseorang memiliki sifat qana’ah, ia akan menjadikan kebutuhan hidupnya sesuai standar kemampuan, tak perlu lagi baginya menambah utangan.

Ingatlah, orang yang memiliki sifat qana’ah sungguh terpuji. Makanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam minta dalam doa beliau sifat qana’ah (selalu merasa cukup) seperti dalam doa berikut,

اللَّهُمَّ إنِّي أسْألُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى

“Ya Allah, aku meminta kepada-Mu petunjuk (dalam ilmu dan amal), ketakwaan, sifat ‘afaf (menjaga diri dari hal yang haram), dan sifat ghina’ (hati yang selalu merasa cukup atau qana’ah).” (HR. Muslim, no. 2721, dari ‘Abdullah).

S‘Afaf artinya menjaga iffah, menjaga diri dari hal-hal yang tidak baik, termasuk juga menjauhkan diri dari syubhat (hal yang masih samar). Imam Nawawi rahimahullah menyatakan, “’Afaf adalah menahan diri dari yang haram, juga menjauhkan dari hal-hal yang menjatuhkan kehormatan diri. Ulama lain mengungkapkan ‘iffah (sama dengan ‘afaf) adalah menahan diri dari yang tidak halal.” (Syarh Shahih Muslim, 12: 94)

Hikmah sifat qana’ah:
1) Hidupnya akan merasa lebih tenang serta tentram.
2) Mampu menumbuhkan sikap optimis pada setiap usaha yang dilakukannya.
3) Tak mudah putus asa.
4) Bisa menjauhkan diri dari sikap iri.
5) Akan selalu bersyukur pada Allah Swt.

Kiat kiat menumbuhkan sifat Qonaah dalam diri
  1. Ketika kita dilahirkan di dunia yakinlah bahwa kita diciptakan Allah sehingga apapun yg terjadi diluar kuasa kita alias sudah qodho Allah terimalah dengan syukur.
  2. Jangan apa apa dibawa susah, apa apa dimau, apa apa liat standarnya materi dan penilaian orang lain. Jika demikian yg ada hidup yg sudah serba sulit akan semakin terjepit dan stres akan menjadi hal yg biasa.
  3. Jadikan standar kebahagian kita adalah ridho Allah. Sehingga dalam hidup senang, susah, tak mampu, kaya raya kita tetap menjadi tentram dan bahagia. 
  4. Sebab hakikatnya semua milik Allah dan akan kembali pada Allah. Maka lakukan dengan sepenuhnya yg kita mampu untuk mendapatkan ridho Allah.

Pertanyaan dan Jawaban
1. Pertanyaan : apakah kita harus punya sifat qonaah dan mengapa kita harus memiliki sifat tersebut?
Jawaban : 
Qanaah adalah sumber kebahagiaan. Oleh karena itu, Imam asy-Syafi’i rahimahullah tentang qanaah:

إِذَا مَا كُنْتَ ذَا قَلْبٍ قَنُوْعٍ ….. فَأَنْتَ وَمَالِكُ الدُّنْيَا سَوَاءُ

Jika engkau memiliki hati yang selalu qona’ah …maka sesungguhnya engkau sama seperti raja dunia
Sifat qonaah wajib untuk dimiliki setiap muslim, sebab kunci kebahagiaan hidup didunia adalah saat kita mendapatkan ridho Allah. Qonaah sendiri artinya rela menerima dengan ikhlas setiap apa yang telah ditakdirkan Allah pada kita. Takdir disini adalah sudah menjadi ketetapan Allah dan tidak ada hisab atasnya. Naah, kalau kita tidak memiliki sifat qonaah artinya nanti kita akan terlalu banyak protes dengan apa yg sudah ditakdirkan sehingga ujungnya kita akan merasa sempit, putus asa, stress lalu menjauh dari Allah dan yang paling rugi adalah saat kelak kita kembali pada Allah kita dalam keadaan yang tidak diridhoi Allah dan sudah jelas kita akan kembali kemana. Dengan qonaah hidup terasa lebih mudah karena berfikir hidup adalah tempat singgah, seindah indahnya dunia iyh kita Cuma singgah saja dan itu Cuma sekejap. Wallahualam

2. Pertanyaan :Bagaimana cara membantu teman agar bisa mempunyai sifat tersebut Kak?
Jawaban :
1. Yang pertama adalah ajakin buat ngaji, karena dari pemahaman yang shohih akan menuntun pada perbuatan yang lurus. Kita berbuat pasti berdasarkan informasi yang kita tahu atau kita peroleh. Begitupun dengan iman karena qonaah adalah bagian dari iman yang perlu dicarger dengan ilmu ilmu is;lam yang menyeluruh. 
2. Ajak untuk mensyukuri setiap nikmat dari Allah apapun itu.
3. Ingatkan standar kebahagiaan yang hakiki adalah ridho Allah bukan materi atau penilaian manusia.  
4. Dan syurga atau neraka itu adalah bagian dari yang bisa kita upayakan selama hidup didunia .

3.Pertanyaan :kak bagaimna cara untuk menumbuhkan sifat qonaah dalm diri kita sendiri dan  jga agar  bisa istiqomah dlm diri kita.
Jawaban :
Tips jitu agar qonaah ada dalam diri adalah dengan mengingat mati. Karena sebaik baik nasehat adalah mengingat kematian. 
Kita dari Allah, hidup untuk ibadah dan akan kembali pada Allah untuk mempertanggungjawabkan hidup kita didunia. Lantas dengan ini kita akan senantiasa merasa ridho rela hidup kita sepenuhnya untuk Allah karena itupun nantinya untuk kita sendiri yakni Syurganya Allah yang kita nanti. 

 Ketika  standarnya sudah Allah mau berbuat maksiat itu kita akan mikir 1000 kali hingga ditempat tersembunyipun tidak ada celah sebab allah senantiasa mengawasi kita. 
Maka dengan itu kita akan mudah istiqomah dalam qonaah dan perintah Allah seluruhnya.